Ilmu pengetahuan menempati posisi yang sangat terhormat dalam Islam. Sejak awal kelahirannya, Islam menekankan umatnya untuk belajar dan menguasai ilmu pengetahuan. Hal ini terlihat jelas dengan turunnya Surah al-’Alaq [96] ayat 1–5 sebagai wahyu pertama. ”Iqra.” Bacalah, pelajarilah dengan nama Tuhanmu yang telah mengajarkan dengan pena. Wahyu ini menjadi tanda dilantiknya Muhammad menjadi utusan Allah.
A. Surah Yunus [10] Ayat 101
Artinya;
Katakanlah, ”Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman. (Q.S. Yunus [10]: 101)
Ayat ini memberikan pesan yang sangat kuat bahwa Islam adalah agama ilmu pengetahuan. Islam bukan hanya menghargai ilmu pengetahuan, melainkan secara aktif menyuruh, memerintahkan pemeluknya untuk memperhatikan alam sekitar dan mempelajarinya dengan mempergunakan akal yang dikaruniakan Allah Swt. Ayat ini dimulai dengan satu perintah Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw., ”Qul, katakanlah (kepada umatmu, hai Muhammad)!” Perintahkan kepada umatmu wahai Muhammad. Apa isi perintah itu? Isinya adalah perhatikanlah olehmu sekalian (wahai umat Muhammad) apa yang ada di langit dan apa pula yang ada di bumi! Langit dan bumi adalah makhluk Allah Swt. Penciptaannya disebut Allah Swt. sebagai lebih hebat dari penciptaan manusia. Sebutan ini tidak mengherankan jika kita melihat betapa luas langit dan rumit kehidupan yang terbentang di bumi ini.
Seperti kita ketahui, langit adalah sebutan untuk ruang yang terletak di atas kita. Membentang dari beberapa meter di atas kepala kita hingga jarak yang sulit kita bayangkan.
Menurut pengetahuan terkini, lebar langit sama dengan lebar alam semesta, yaitu 30 miliar tahun cahaya. Artinya, cahaya yang per detiknya mampu melaju sejauh 300 ribu kilometer membutuhkan waktu 30 miliar tahun untuk melintasi tepi alam semesta ke tepi yang lain. Di dalamnya terdapat bermiliar bintang yang berjalan menurut rutenya sendiri-sendiri. Ada apakah di langit yang luas itu? Inilah yang diperintahkan Allah Swt. kepada kita untuk memperhatikannya.
Sedikit lebih dekat, kita memiliki satu bintang berukuran sedang jika dibandingkan dengan bintang lainnya. Bintang itu adalah matahari. Bintang ini merupakan pusat tata surya kita. Bersama bumi terdapat tujuh planet mengelilingi matahari. Nama Pluto yang dahulu termasuk dalam daftar planet saat ini telah dihapus dari daftar oleh para astronom karena dianggap tidak memenuhi syarat untuk menjadi planet. Di antara sekian planet tersebut hanya bumi yang diketahui memiliki kehidupan. Bagaimanakah hal ini dapat terjadi? Apakah keistimewaan bumi sehingga dapat menjadi tempat manusia berdiam? Adakah keadaan ini berhubungan dengan matahari? Allah Swt. menyuruh kita memperhatikan hal ini. Dari pengamatan tentang langit muncullah berbagai cabang keilmuan seperti astronomi, astrofisika, dan ilmu quantum.
Setelah melihat ke atas menuju langit, marilah kita arahkan pandangan ke sekeliling. Kita perhatikan yang ada di bumi. Apa yang kita lihat di bumi? Manusia dan masyarakatnya yang beraneka ragam. Manusia menjadi pemeran terpenting drama kehidupan di muka bumi. Allah Swt. menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Allah pun menyebar manusia di seluruh penjuru muka bumi. Keadaan ini menyebabkan setiap manusia dan kelompok masyarakat memiliki keunikan tersendiri. Dalam Surah Yu-nus [10] ayat 101 ini secara tidak langsung Allah memerintahkan kita untuk memperhatikan makhluk bumi paling istimewa, yaitu manusia dengan segala gerak kehidupan dan kepentingan mereka. Dari pengamatan terhadap manusia, muncullah ilmu sosiologi, ekonomi, dan berbagai ilmu sosial lain.
Tidak hanya manusia, penghuni bumi ini juga terdiri atas segala macam hewan dan tumbuhan. Hewan dan tumbuhan mengisi setiap sudut muka bumi ini, mulai puncak gunung tertinggi hingga di palung terdalam lautan. Perhatikanlah mereka! Amatilah mereka dengan saksama. Pun demikian dengan bentang alam yang sangat menakjubkan. Gunung tinggi, lautan luas, ngarai, lembah, bukit, permukiman, hutan, bagaimanakah semua itu terbentuk? Bagaimanakah mereka semua saling mengisi dalam kehidupan yang harmonis selama jutaan tahun? Siapakah yang merusak keindahan itu dan bagaimana pula memperbaikinya?
Semua keadaan di langit dan bumi ini menjadi objek perintah Allah Swt., ”Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.” Perintah untuk memperhatikan apa yang ada di langit dan di bumi tentu bukan berarti sebatas memperhatikan semata. Perintah ini juga mengandung makna mempelajari, menggali potensi yang ada, dan menggunakan ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk kebaikan manusia dengan akal yang telah dikaruniakan Allah Swt. Memperhatikan langit berarti juga mengamati iklim dan sikap yang dapat kita lakukan dengannya.
Mengamati manusia berarti juga mencari cara berinteraksi dengan baik sehingga kepentingan masing-masing dapat terpenuhi dengan benar. Demikian juga mengamati bentang alam bukan berarti sekadar melihat keindahannya melainkan juga meneliti potensi yang ada, baik wisata, pertanian, kehutanan, perikanan, hingga pertambangan, untuk kepentingan manusia dan kelestarian alam.
B. Surah Al-Baqarah [2] Ayat 164
Artinya:
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti. (Q.S. al-Baqarah [2]: 164)
Kandungan Surah Al-Baqarah [2] Ayat 164
Surah ini memuat sebuah pernyataan tentang tanda kebesaran Allah Swt. Paling tidak terdapat empat tanda penting yang disebutkan Allah Swt. dalam ayat ini, yaitu;
Untuk mengetahui tanda kekuasaan Allah Swt. dalam ayat ini marilah kita telusuri bersama. Dalam bagian ini, Surah al-Baqarah [2] ayat 164 senada dengan Surah Yu-nus [10] ayat 101. Namun, keduanya berbeda sudut pandang dalam melihat langit dan bumi. Surah Yu-nus [10] ayat 101 lebih menyoroti benda yang ada di langit dan di bumi, sedangkan Surah al-Baqarah [2] ayat 164 lebih melihat pada proses penciptaan langit dan bumi ini.
Bagaimanakah langit dan bumi diciptakan? Penciptaan langit dan bumi dalam hal ini identik dengan penciptaan alam semesta. Dalam Surah al-Anbiya-’ [21] ayat 30, Allah bertanya, ”Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” Pernyataan ini disampaikan Allah Swt. empat belas abad yang lalu. Pada saat itu tidak ada satu pun pengetahuan manusia yang dapat memahami makna yang terkandung dalam ayat ini. Bahkan oleh seorang Muhammad saw. sekalipun.
Ilmu pengetahuan terkini menyebutkan adanya suatu teori yang diterima oleh hampir semua ilmuwan dunia, yaitu teori Big Bang atau Dentuman Besar. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini pada awalnya adalah suatu materi yang sangat kecil dan dikenal sebagai sop kosmos. Oleh karena kecilnya, lebih kecil dari ukuran atom maka dapat dianggap sebagai tidak ada. Dari materi kecil yang diciptakan Allah itulah, alam semesta ini terbentuk. Allah Swt. memisahkan materi itu hingga terbentuk ruang dan waktu. Peristiwa ini menurut ukuran ilmu astronomi terjadi sekitar dua belas miliar tahun yang lalu.
Materi itu terpisah dan membentuk bintang-bintang, galaksi, tata surya, dan planet-planet. Planet bumi kita diperkirakan mulai terbentuk dari bagian bintang matahari yang terlepas dari induknya. Pada mulanya, bumi berupa bola panas yang berputar. Semakin lama bola itu semakin mendingin hingga terbentuk daratan dan lautan. Setelah berproses sejak lima miliar tahun yang lalu, planet bumi ini mulai dapat dihuni oleh makhluk hidup. Proses penciptaan langit dan bumi merupakan sesuatu yang sangat rumit dan agung. Satu pertanyaan yang senantiasa menggelitik para ilmuwan adalah apakah penciptaan alam semesta ini terjadi dengan sendirinya? Apakah keteraturan yang sedemikian hebat terbentuk tanpa ada perancangnya? Adakah kekuatan yang mahadahsyat dan mahapandai yang menyebabkan semua ini dapat terjadi? Inilah perenungan yang Allah Swt. ajak kita mencari jawabnya.
Perhatikanlah apa yang ada di bumi. Seperempat dari bumi berupa daratan dan tiga perempatnya dalah lautan. Di daratan yang hanya seperempat bumi tersebut tersimpan kekayaan alam yang melimpah dan baru sedikit yang diketahui oleh manusia. Bumi terdiri atas beberapa lapisan dan setiap lapis memiliki karakter dan keunikan tersendiri. Manusia diperintahkan untuk mempergunakan akal guna menemukan pengetahuan-pengetahun baru yang berkaitan dengan bumi. Semua itu sungguh mengagumkan.
Di dalam lautan yang merupakan bagian terbesar bumi terdapat rahasia yang baru sedikit tersingkap. Manusia diperintahkan untuk menggunakan akalnya guna menyingkap rahasia yang ada di balik lautan. Setiap tersingkap satu rahasia baru, ternyata masih ada berlapis-lapis bagian yang belum terungkap.
Tanda kekuasaan Allah yang kedua adalah pergantian siang dan malam. Menurut ilmu astronomi, pergantian siang dan malam terjadi karena peredaran bumi pada porosnya dan juga peredaran bumi mengelilingi matahari. Saat Allah Swt. menyatakan hal ini dalam salah satu ayat-Nya tentulah menunjukkan bahwa hal ini memiliki keistimewaan. Salah satu keistimewaan itu bahwa pergantian siang dan malam merupakan satu tanda kekuasaan Allah untuk menjaga kehidupan tetap berjalan di muka bumi ini. Bagaimanakah hal ini terjadi? Inilah yang kita diajak oleh Allah Swt. untuk memperhatikannya.
Tanda ketiga adalah perjalanan laut yang memungkinkan terjadi dengan kapal. Sebagaimana disebutkan bahwa tiga perempat dari bumi adalah air atau laut. Manusia yang pada jamaknya berada di daratan dapat mengarungi lautan. Hal ini tentu berada di luar kebiasaan manusia dan hanya dapat terjadi jika Allah mengizinkannya. Sejak zaman Nabi Nuh a.s. kapal telah dipergunakan sebagai sarana pengangkutan.
Manusia dapat mempergunakan kapal yang berlayar untuk membawa barang-barang yang bermanfaat bagi orang lain. Selain itu, dengan kapal yang berlayar manusia dapat mengenal sesamanya yang berada di pulau lain. Dengan ilmu pelayaran yang dikaruniakan Allah Swt., manusia dapat memahami sebagian kecil dari rahasia alam. Semua ini terjadi dan sudah diatur oleh Allah Swt.
Tanda keempat dan kelima yang dapat kita temukan dalam Surah al-Baqarah [2] ayat 164 ini adalah turunnya hujan yang menghidupkan bumi dan kisaran angin di antara langit dan bumi. Tanda ini sudah sering kita temukan bagi kita yang berdiam di wilayah khatulistiwa yang memiliki curah hujan relatif tinggi. Dengan keadaan ini, asal kita mau memperhatikan, tanda kekuasaan Allah Swt. yang satu ini dengan mudah kita pahami. Iklim dua musim yang terjadi di negara kita menyebabkan kita dengan mudah membedakan keadaan saat kemarau dan hujan. Pada musim kemarau, tanah berubah tandus, tanaman kering dan mati karena kekurangan air. Tanah itu mati. Tidak ada satu pun kehidupan di atasnya. Pada tanah yang mati ini, Allah Swt. mengirimkan hujan. Pertama, Allah angkat air melalui proses penguapan dengan panas matahari. Setelah terkumpul di awan, Allah Swt. menggiring awan-awan berisi air tersebut ke arah mana pun yang Dia kehendaki. Saat Allah Swt. mengirimkan awan itu ke tanah yang tandus dan menurunkan hujan di tempat tersebut, keajaiban akan terjadi. Pada tahap ini perkisaran angin di antara langit dan bumi memegang peranan yang sangat penting. Tanah yang semula tandus kering tanpa kehidupan berangsur basah. Sejenak setelah masuknya air ke dalam tanah, tunas-tunas baru muncul. Rerumputan, perdu, hingga pohon berkayu keras pun bersemi kembali. Tanah yang sebelumnya mati, perlahan tetapi pasti hidup kembali dengan tumbuhan dan pepohonan. Tak berapa lama kemudian, dapat dipastikan berbagai jenis hewan mulai yang terkecil mikroba akar, kumbang, ular, hingga binatang besar pun menghuni tanah yang kembali subur itu.
Air hujan yang turun dapat meresap ke bawah dan kelak akan menjadi telaga. Air yang mengalir menjadi sungai-sungai juga bermanfaat bagi manusia. Sungai dapat dipergunakan sebagai sarana pengangkutan dan tempat mencari nafkah. Ikan dapat hidup dan berkembang biak di sungai sehingga dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan protein. Selain itu, air sungai juga dapat dipergunakan untuk mengairi sawah dan ladang agar tanaman yang ditanam tumbuh subur dan menghasilkan hasil panen yang baik. Air sungai ada yang mengalir ke laut dan akan menguap ke udara kemudian turun lagi menjadi hujan. Semua itu berjalan dengan teratur dan merupakan tanda kekuasaan Allah. Dari manakah asal benih tetumbuhan itu? Dari mana pula asal hewan-hewan yang kemudian muncul di tanah yang kembali subur? Inilah tanda kekuasaan Allah Swt. Keadaan ini menyediakan kajian ilmu pengetahuan yang teramat luas.
Peredaran angin juga menjadi tanda kekuasaan Allah Swt. Peredaran angin saat ini kita sebut dengan cuaca. Peredaran angin atau cuaca juga menjadi tanda kekuasaan Allah Swt. dan bagian ilmu pengetahuan. Dengan mempergunakan akal manusia dapat mengetahui arah angin dan pengaruhnya bagi kehidupan. Manusia dapat mengetahui dan memperkirakan bahwa udara akan panas, sejuk, atau dingin. Manusia juga dapat memperkirakan turun hujan atau cuaca cerah.
Perhatikan terjemah ayatnya, ”Dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi”. Angin dan awan dipisahkan perhatiannya karena angin dikatakan dekat kepada manusia, sedangkan awan beredar pada cakrawala yang tinggi. Allah Swt. memerintahkan angin dan awan untuk bergerak ke sana ke mari guna menurunkan hujan dan membagi cuaca. Hal ini tidak dapat terjadi jika Dia tidak menghendaki.
Tanda-tanda kekuasaan Allah Swt. yang tersebut dalam Surah al-Baqarah [2] ayat 164 merupakan pelajaran bagi manusia. Akan tetapi, tidak semua manusia dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda itu. Hanya orang yang mengertilah yang dapat memahami, belajar, dan mengambil manfaat dari pengetahuan yang diperolehnya.
Islam adalah agama ilmu pengetahuan. Artinya, Islam sangat mengakomodasi akal dan ilmu pengetahuan sebagai bagian yang menyatu dan mewarnai kehidupan keagamaan seseorang. Islam tidak mengajarkan manusia untuk menjadi sekelompok hamba yang hanya bisa menengadahkan tangan memohon kepada Tuhan sambil menunggu keajaiban tanpa melakukan apa pun. Islam mengajarkan gerak aktif untuk menuju puncak-puncak dunia.
Salah satu bukti nyata adalah firman Allah Swt. yang pertama kali diturunkan adalah Iqra’, bacalah. Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal tanah. Iqra', bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang telah mengajarkan kepada manusia sesuatu yang tidak diketahuinya. Wahyu pertama ini memberikan pelajaran dasar pengembangan ilmu pengetahuan bagi umat Islam. Dasar itu antara lain bahwa setiap umat Islam harus berusaha menjadi umat yang sadar terhadap lingkungannya dan menjadi pandai dengan memperhatikan dan mempelajarinya. Dasar ini dilanjutkan dengan dasar yang kedua, yaitu dalam mempelajari ilmu pengetahuan, umat Islam harus melakukannya dengan nama Tuhan. Artinya, apa pun yang dilakukan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan harus dengan niat untuk Allah Swt., dilakukan dengan cara yang diperbolehkan Allah Swt., dan digunakan dengan aturan Allah Swt. Dasar yang ketiga adalah umat Islam harus selalu optimis dalam usahanya mempelajari ilmu pengetahuan karena Allah akan mengajarkan kepada kita sesuatu yang kita tidak tahu. Pada saat yang sama, kita juga harus sadar bahwa ilmu pengetahuan yang kita kuasai adalah karunia Allah Swt. Dengan demikian, tidak ada tempat untuk kesombongan dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki.
Semoga Bermanfaat...
Ayat ini memberikan pesan yang sangat kuat bahwa Islam adalah agama ilmu pengetahuan. Islam bukan hanya menghargai ilmu pengetahuan, melainkan secara aktif menyuruh, memerintahkan pemeluknya untuk memperhatikan alam sekitar dan mempelajarinya dengan mempergunakan akal yang dikaruniakan Allah Swt. Ayat ini dimulai dengan satu perintah Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw., ”Qul, katakanlah (kepada umatmu, hai Muhammad)!” Perintahkan kepada umatmu wahai Muhammad. Apa isi perintah itu? Isinya adalah perhatikanlah olehmu sekalian (wahai umat Muhammad) apa yang ada di langit dan apa pula yang ada di bumi! Langit dan bumi adalah makhluk Allah Swt. Penciptaannya disebut Allah Swt. sebagai lebih hebat dari penciptaan manusia. Sebutan ini tidak mengherankan jika kita melihat betapa luas langit dan rumit kehidupan yang terbentang di bumi ini.
Seperti kita ketahui, langit adalah sebutan untuk ruang yang terletak di atas kita. Membentang dari beberapa meter di atas kepala kita hingga jarak yang sulit kita bayangkan.
Menurut pengetahuan terkini, lebar langit sama dengan lebar alam semesta, yaitu 30 miliar tahun cahaya. Artinya, cahaya yang per detiknya mampu melaju sejauh 300 ribu kilometer membutuhkan waktu 30 miliar tahun untuk melintasi tepi alam semesta ke tepi yang lain. Di dalamnya terdapat bermiliar bintang yang berjalan menurut rutenya sendiri-sendiri. Ada apakah di langit yang luas itu? Inilah yang diperintahkan Allah Swt. kepada kita untuk memperhatikannya.
Sedikit lebih dekat, kita memiliki satu bintang berukuran sedang jika dibandingkan dengan bintang lainnya. Bintang itu adalah matahari. Bintang ini merupakan pusat tata surya kita. Bersama bumi terdapat tujuh planet mengelilingi matahari. Nama Pluto yang dahulu termasuk dalam daftar planet saat ini telah dihapus dari daftar oleh para astronom karena dianggap tidak memenuhi syarat untuk menjadi planet. Di antara sekian planet tersebut hanya bumi yang diketahui memiliki kehidupan. Bagaimanakah hal ini dapat terjadi? Apakah keistimewaan bumi sehingga dapat menjadi tempat manusia berdiam? Adakah keadaan ini berhubungan dengan matahari? Allah Swt. menyuruh kita memperhatikan hal ini. Dari pengamatan tentang langit muncullah berbagai cabang keilmuan seperti astronomi, astrofisika, dan ilmu quantum.
Setelah melihat ke atas menuju langit, marilah kita arahkan pandangan ke sekeliling. Kita perhatikan yang ada di bumi. Apa yang kita lihat di bumi? Manusia dan masyarakatnya yang beraneka ragam. Manusia menjadi pemeran terpenting drama kehidupan di muka bumi. Allah Swt. menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Allah pun menyebar manusia di seluruh penjuru muka bumi. Keadaan ini menyebabkan setiap manusia dan kelompok masyarakat memiliki keunikan tersendiri. Dalam Surah Yu-nus [10] ayat 101 ini secara tidak langsung Allah memerintahkan kita untuk memperhatikan makhluk bumi paling istimewa, yaitu manusia dengan segala gerak kehidupan dan kepentingan mereka. Dari pengamatan terhadap manusia, muncullah ilmu sosiologi, ekonomi, dan berbagai ilmu sosial lain.
Tidak hanya manusia, penghuni bumi ini juga terdiri atas segala macam hewan dan tumbuhan. Hewan dan tumbuhan mengisi setiap sudut muka bumi ini, mulai puncak gunung tertinggi hingga di palung terdalam lautan. Perhatikanlah mereka! Amatilah mereka dengan saksama. Pun demikian dengan bentang alam yang sangat menakjubkan. Gunung tinggi, lautan luas, ngarai, lembah, bukit, permukiman, hutan, bagaimanakah semua itu terbentuk? Bagaimanakah mereka semua saling mengisi dalam kehidupan yang harmonis selama jutaan tahun? Siapakah yang merusak keindahan itu dan bagaimana pula memperbaikinya?
Semua keadaan di langit dan bumi ini menjadi objek perintah Allah Swt., ”Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.” Perintah untuk memperhatikan apa yang ada di langit dan di bumi tentu bukan berarti sebatas memperhatikan semata. Perintah ini juga mengandung makna mempelajari, menggali potensi yang ada, dan menggunakan ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk kebaikan manusia dengan akal yang telah dikaruniakan Allah Swt. Memperhatikan langit berarti juga mengamati iklim dan sikap yang dapat kita lakukan dengannya.
Mengamati manusia berarti juga mencari cara berinteraksi dengan baik sehingga kepentingan masing-masing dapat terpenuhi dengan benar. Demikian juga mengamati bentang alam bukan berarti sekadar melihat keindahannya melainkan juga meneliti potensi yang ada, baik wisata, pertanian, kehutanan, perikanan, hingga pertambangan, untuk kepentingan manusia dan kelestarian alam.
Pelajaran penting dari ayat ini adalah Islam agama ilmu pengetahuan. Allah Swt. menyuruh kita untuk senantiasa belajar dan mempelajari alam ini beserta seluruh isinya. Pengetahuan yang kita peroleh dari pengamatan itu selanjutnya kita kembangkan dalam dua tujuan utama. Pertama, untuk menunjang kehidupan kita di dunia ini. Dengan tujuan ini, mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bentuk praktik teknologi yang tepat guna dan berhasil guna merupakan kewajiban setiap muslim. Kedua, sebagai sarana menemukan Allah Swt. dan meningkatkan keimanan kita kepada-Nya.
B. Surah Al-Baqarah [2] Ayat 164
Artinya:
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti. (Q.S. al-Baqarah [2]: 164)
Kandungan Surah Al-Baqarah [2] Ayat 164
Surah ini memuat sebuah pernyataan tentang tanda kebesaran Allah Swt. Paling tidak terdapat empat tanda penting yang disebutkan Allah Swt. dalam ayat ini, yaitu;
- penciptaan langit dan bumi,
- pergantian malam dan siang,
- turunnya air yang menghidupkan bumi, dan
- perkisaran angin di antara langit dan bumi.
Untuk mengetahui tanda kekuasaan Allah Swt. dalam ayat ini marilah kita telusuri bersama. Dalam bagian ini, Surah al-Baqarah [2] ayat 164 senada dengan Surah Yu-nus [10] ayat 101. Namun, keduanya berbeda sudut pandang dalam melihat langit dan bumi. Surah Yu-nus [10] ayat 101 lebih menyoroti benda yang ada di langit dan di bumi, sedangkan Surah al-Baqarah [2] ayat 164 lebih melihat pada proses penciptaan langit dan bumi ini.
Bagaimanakah langit dan bumi diciptakan? Penciptaan langit dan bumi dalam hal ini identik dengan penciptaan alam semesta. Dalam Surah al-Anbiya-’ [21] ayat 30, Allah bertanya, ”Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” Pernyataan ini disampaikan Allah Swt. empat belas abad yang lalu. Pada saat itu tidak ada satu pun pengetahuan manusia yang dapat memahami makna yang terkandung dalam ayat ini. Bahkan oleh seorang Muhammad saw. sekalipun.
Ilmu pengetahuan terkini menyebutkan adanya suatu teori yang diterima oleh hampir semua ilmuwan dunia, yaitu teori Big Bang atau Dentuman Besar. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini pada awalnya adalah suatu materi yang sangat kecil dan dikenal sebagai sop kosmos. Oleh karena kecilnya, lebih kecil dari ukuran atom maka dapat dianggap sebagai tidak ada. Dari materi kecil yang diciptakan Allah itulah, alam semesta ini terbentuk. Allah Swt. memisahkan materi itu hingga terbentuk ruang dan waktu. Peristiwa ini menurut ukuran ilmu astronomi terjadi sekitar dua belas miliar tahun yang lalu.
Materi itu terpisah dan membentuk bintang-bintang, galaksi, tata surya, dan planet-planet. Planet bumi kita diperkirakan mulai terbentuk dari bagian bintang matahari yang terlepas dari induknya. Pada mulanya, bumi berupa bola panas yang berputar. Semakin lama bola itu semakin mendingin hingga terbentuk daratan dan lautan. Setelah berproses sejak lima miliar tahun yang lalu, planet bumi ini mulai dapat dihuni oleh makhluk hidup. Proses penciptaan langit dan bumi merupakan sesuatu yang sangat rumit dan agung. Satu pertanyaan yang senantiasa menggelitik para ilmuwan adalah apakah penciptaan alam semesta ini terjadi dengan sendirinya? Apakah keteraturan yang sedemikian hebat terbentuk tanpa ada perancangnya? Adakah kekuatan yang mahadahsyat dan mahapandai yang menyebabkan semua ini dapat terjadi? Inilah perenungan yang Allah Swt. ajak kita mencari jawabnya.
Perhatikanlah apa yang ada di bumi. Seperempat dari bumi berupa daratan dan tiga perempatnya dalah lautan. Di daratan yang hanya seperempat bumi tersebut tersimpan kekayaan alam yang melimpah dan baru sedikit yang diketahui oleh manusia. Bumi terdiri atas beberapa lapisan dan setiap lapis memiliki karakter dan keunikan tersendiri. Manusia diperintahkan untuk mempergunakan akal guna menemukan pengetahuan-pengetahun baru yang berkaitan dengan bumi. Semua itu sungguh mengagumkan.
Di dalam lautan yang merupakan bagian terbesar bumi terdapat rahasia yang baru sedikit tersingkap. Manusia diperintahkan untuk menggunakan akalnya guna menyingkap rahasia yang ada di balik lautan. Setiap tersingkap satu rahasia baru, ternyata masih ada berlapis-lapis bagian yang belum terungkap.
Tanda kekuasaan Allah yang kedua adalah pergantian siang dan malam. Menurut ilmu astronomi, pergantian siang dan malam terjadi karena peredaran bumi pada porosnya dan juga peredaran bumi mengelilingi matahari. Saat Allah Swt. menyatakan hal ini dalam salah satu ayat-Nya tentulah menunjukkan bahwa hal ini memiliki keistimewaan. Salah satu keistimewaan itu bahwa pergantian siang dan malam merupakan satu tanda kekuasaan Allah untuk menjaga kehidupan tetap berjalan di muka bumi ini. Bagaimanakah hal ini terjadi? Inilah yang kita diajak oleh Allah Swt. untuk memperhatikannya.
Tanda ketiga adalah perjalanan laut yang memungkinkan terjadi dengan kapal. Sebagaimana disebutkan bahwa tiga perempat dari bumi adalah air atau laut. Manusia yang pada jamaknya berada di daratan dapat mengarungi lautan. Hal ini tentu berada di luar kebiasaan manusia dan hanya dapat terjadi jika Allah mengizinkannya. Sejak zaman Nabi Nuh a.s. kapal telah dipergunakan sebagai sarana pengangkutan.
Manusia dapat mempergunakan kapal yang berlayar untuk membawa barang-barang yang bermanfaat bagi orang lain. Selain itu, dengan kapal yang berlayar manusia dapat mengenal sesamanya yang berada di pulau lain. Dengan ilmu pelayaran yang dikaruniakan Allah Swt., manusia dapat memahami sebagian kecil dari rahasia alam. Semua ini terjadi dan sudah diatur oleh Allah Swt.
Tanda keempat dan kelima yang dapat kita temukan dalam Surah al-Baqarah [2] ayat 164 ini adalah turunnya hujan yang menghidupkan bumi dan kisaran angin di antara langit dan bumi. Tanda ini sudah sering kita temukan bagi kita yang berdiam di wilayah khatulistiwa yang memiliki curah hujan relatif tinggi. Dengan keadaan ini, asal kita mau memperhatikan, tanda kekuasaan Allah Swt. yang satu ini dengan mudah kita pahami. Iklim dua musim yang terjadi di negara kita menyebabkan kita dengan mudah membedakan keadaan saat kemarau dan hujan. Pada musim kemarau, tanah berubah tandus, tanaman kering dan mati karena kekurangan air. Tanah itu mati. Tidak ada satu pun kehidupan di atasnya. Pada tanah yang mati ini, Allah Swt. mengirimkan hujan. Pertama, Allah angkat air melalui proses penguapan dengan panas matahari. Setelah terkumpul di awan, Allah Swt. menggiring awan-awan berisi air tersebut ke arah mana pun yang Dia kehendaki. Saat Allah Swt. mengirimkan awan itu ke tanah yang tandus dan menurunkan hujan di tempat tersebut, keajaiban akan terjadi. Pada tahap ini perkisaran angin di antara langit dan bumi memegang peranan yang sangat penting. Tanah yang semula tandus kering tanpa kehidupan berangsur basah. Sejenak setelah masuknya air ke dalam tanah, tunas-tunas baru muncul. Rerumputan, perdu, hingga pohon berkayu keras pun bersemi kembali. Tanah yang sebelumnya mati, perlahan tetapi pasti hidup kembali dengan tumbuhan dan pepohonan. Tak berapa lama kemudian, dapat dipastikan berbagai jenis hewan mulai yang terkecil mikroba akar, kumbang, ular, hingga binatang besar pun menghuni tanah yang kembali subur itu.
Air hujan yang turun dapat meresap ke bawah dan kelak akan menjadi telaga. Air yang mengalir menjadi sungai-sungai juga bermanfaat bagi manusia. Sungai dapat dipergunakan sebagai sarana pengangkutan dan tempat mencari nafkah. Ikan dapat hidup dan berkembang biak di sungai sehingga dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan protein. Selain itu, air sungai juga dapat dipergunakan untuk mengairi sawah dan ladang agar tanaman yang ditanam tumbuh subur dan menghasilkan hasil panen yang baik. Air sungai ada yang mengalir ke laut dan akan menguap ke udara kemudian turun lagi menjadi hujan. Semua itu berjalan dengan teratur dan merupakan tanda kekuasaan Allah. Dari manakah asal benih tetumbuhan itu? Dari mana pula asal hewan-hewan yang kemudian muncul di tanah yang kembali subur? Inilah tanda kekuasaan Allah Swt. Keadaan ini menyediakan kajian ilmu pengetahuan yang teramat luas.
Peredaran angin juga menjadi tanda kekuasaan Allah Swt. Peredaran angin saat ini kita sebut dengan cuaca. Peredaran angin atau cuaca juga menjadi tanda kekuasaan Allah Swt. dan bagian ilmu pengetahuan. Dengan mempergunakan akal manusia dapat mengetahui arah angin dan pengaruhnya bagi kehidupan. Manusia dapat mengetahui dan memperkirakan bahwa udara akan panas, sejuk, atau dingin. Manusia juga dapat memperkirakan turun hujan atau cuaca cerah.
Perhatikan terjemah ayatnya, ”Dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi”. Angin dan awan dipisahkan perhatiannya karena angin dikatakan dekat kepada manusia, sedangkan awan beredar pada cakrawala yang tinggi. Allah Swt. memerintahkan angin dan awan untuk bergerak ke sana ke mari guna menurunkan hujan dan membagi cuaca. Hal ini tidak dapat terjadi jika Dia tidak menghendaki.
Tanda-tanda kekuasaan Allah Swt. yang tersebut dalam Surah al-Baqarah [2] ayat 164 merupakan pelajaran bagi manusia. Akan tetapi, tidak semua manusia dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda itu. Hanya orang yang mengertilah yang dapat memahami, belajar, dan mengambil manfaat dari pengetahuan yang diperolehnya.
Islam adalah agama ilmu pengetahuan. Artinya, Islam sangat mengakomodasi akal dan ilmu pengetahuan sebagai bagian yang menyatu dan mewarnai kehidupan keagamaan seseorang. Islam tidak mengajarkan manusia untuk menjadi sekelompok hamba yang hanya bisa menengadahkan tangan memohon kepada Tuhan sambil menunggu keajaiban tanpa melakukan apa pun. Islam mengajarkan gerak aktif untuk menuju puncak-puncak dunia.
Salah satu bukti nyata adalah firman Allah Swt. yang pertama kali diturunkan adalah Iqra’, bacalah. Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal tanah. Iqra', bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang telah mengajarkan kepada manusia sesuatu yang tidak diketahuinya. Wahyu pertama ini memberikan pelajaran dasar pengembangan ilmu pengetahuan bagi umat Islam. Dasar itu antara lain bahwa setiap umat Islam harus berusaha menjadi umat yang sadar terhadap lingkungannya dan menjadi pandai dengan memperhatikan dan mempelajarinya. Dasar ini dilanjutkan dengan dasar yang kedua, yaitu dalam mempelajari ilmu pengetahuan, umat Islam harus melakukannya dengan nama Tuhan. Artinya, apa pun yang dilakukan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan harus dengan niat untuk Allah Swt., dilakukan dengan cara yang diperbolehkan Allah Swt., dan digunakan dengan aturan Allah Swt. Dasar yang ketiga adalah umat Islam harus selalu optimis dalam usahanya mempelajari ilmu pengetahuan karena Allah akan mengajarkan kepada kita sesuatu yang kita tidak tahu. Pada saat yang sama, kita juga harus sadar bahwa ilmu pengetahuan yang kita kuasai adalah karunia Allah Swt. Dengan demikian, tidak ada tempat untuk kesombongan dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki.
Semoga Bermanfaat...
sumber www.ipapedia.web.id/2015/11/ayat-ayat-al-quran-tentang-iptek.html