Pembahasan tentang penyebaran dakwah Islam di berbagai daerah di Nusantara selalu dikaitkan dengan kegiatan perdagangan pada masa itu. Khususnya, kegiatan perdagangan laut bangsa Arab menuju Cina. Kegiatan perdagangan ini dilakukan menggunakan kapal sebagai alat transportasi utama. Kapal-kapal dagang Arab tersebut berlayar ke sepanjang garis pantai India sebelah selatan menuju Gujarat dan Malabar. Selanjutnya, menuju Sri Lanka dengan melintasi Samudera Hindia kemudian berjalan menuju Kepulauan Nicobar melewati bagian utara Sumatra. Belum berhenti di situ, kapal-kapal itu terus menunju Kedah melalui Selat Malaka. Selanjutnya, rute perdagangan mereka ke utara menuju Cina, sedangkan yang ke timur menuju Palembang (Sumatra) ataupun Jawa. Wajar jika daerah kekuasaan yang pertama kali tersiarkan Islam adalah di kawasan Sumatra dan Jawa sehingga di sana pun berdiri kerajaan-kerajaan Islam.
1. Wilayah Sumatra
Dalam catatan Marco Polo diceritakan bahwa pada tahun 1292 penduduk Sumatra pada umumnya adalah para penyembah berhala. Akan tetapi, dengan keterlibatan pihak kerajaan, pada akhir abad XIII beberapa wilayah di Sumatra telah menjadi daerah permukiman muslim. (Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus Af. 2006: halaman 80).
a. Kerajaan Perlak
Kerajaan yang pertama kali berdiri di Sumatara dan tanah air umumnya adalah Kerajaan Perlak (Peureula). Kerajaan Perlak ini berdiri pada pertengahan abad IX dengan raja pertamanya bernama Alauddin Syah. Perlak merupakan kota dagang penyedia lada paling terkenal. Oleh karena itu, banyak orang-orang dari luar negeri yang mendatangi daerah tersebut. Hal ini tentunya memberikan pengaruh yang positif bagi masyarakat. Penduduk Kerajaan Perlak pada umumnya merasa tercukupi sehingga kemakmuran pun dapat dirasakan oleh mereka.
Sayangnya, kemakmuran dan keadilan yang dirasakan masyarakat tidak berlangsung lama. Akibat perebutan pengaruh antarpetinggi kerajaan, telah menimbulkan ketidakstabilan di tengah masyarakat. Para pedagang banyak yang mengalihkan perdagangannya ke Samudera Pasai. Pada akhir abad XII Kerajaan Perlak pun akhirnya mengalami kemunduran.
Selain Perlak berdiri pula Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini berdiri pada abad XIII dan terletak di daerah pantai timur Aceh. Jika kamu menyimak dalam peta, dahulu keberadaan Kerajaan Samudera Pasai terdapat di sekitar Kota Lhokseumawe. Hal ini dibuktikan dengan sumber sejarah berupa penemuan batu nisan bertuliskan Sultan Malik as-Saleh dengan angka tahun 1297. Sultan Malik as-Saleh adalah yang pertama kali memimpin Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini menjadi sangat terkenal di Kepulauan Sumatra hingga ke luar negeri. Bahkan, sumber sejarah menyebutkan bahwa kerajaan ini pernah didatangi seorang utusan dari Sultan Delhi di India bernama Ibnu Batutah.
c. Kerajaan Aceh
Pada tahun 1514 berdiri pula Kerajaan Aceh. Sultan Ibrahim atau Ali Mugayat Syah tercatat sebagai raja pertama kerajaan ini yang memimpin antara tahun 1514-1528 M. Kerajaan Aceh menjadi kerajaan yang sangat penting bagi para pedagang saat itu. Setelah bandar Malaka jatuh ke tangan Portugis, para pedagang banyak yang beralih ke wilayah Aceh. Puncak kejayaan Kerajaan Aceh terjadi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Pada saat itu wilayah kekuasaan Aceh sangat luas. Beberapa daerah di Semenanjung Malaya berada di bawah kekuasaannya. Kerajaan Aceh juga telah menjalin hubungan kerja sama dengan para pemimpin Islam di kawasan Arab. Oleh karena itu, Aceh juga dikenal dengan sebutan Serambi Mekah. Puncak hubungan ini terjadi pada masa kekhalifahan Usmaniyah. Hubungan kerja sama dengan kerajaan-kerajaan di kawasan Arab tidak hanya pada bidang perdagangan dan keagamaan, tetapi kerja sama politik dan militer.
2. Jawa
Seperti halnya di Pulau Sumatra, di Jawa juga berdiri kerajaankerajaan Islam. Misalnya, Kerajaan Demak, Pajang, Mataram, dan Banten. Kerajaan-kerajaan tersebut ada yang berdiri sepenuhnya sebagai kerajaan Islam, ada juga yang merupakan bagian wilayah kerajaan yang sudah ada kemudian memerdekakan diri.
Proses islamisasi di Pulau Jawa tidak lepas dari peran serta para wali sembilan atau wali sanga. Wali adalah sebutan seorang ulama yang menyiarkan agama Islam. Ada sembilan wali yang memiliki peran penting dalam dakwah Islam di Pulau Jawa. (Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus Af. 2006: halaman 93).
a. Kerajaan Demak Proses islamisasi di Pulau Jawa tidak lepas dari peran serta para wali sembilan atau wali sanga. Wali adalah sebutan seorang ulama yang menyiarkan agama Islam. Ada sembilan wali yang memiliki peran penting dalam dakwah Islam di Pulau Jawa. (Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus Af. 2006: halaman 93).
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Dengan letaknya yang sangat strategis, Demak menjadi negara yang besar. Terlebih setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit, kota-kota di wilayah pantai utara yang memberi dukungan kekuasaan. Saat itu ulama juga memegang peranan yang penting dalam pemerintahan. Terbukti dengan diangkatnya Sunan Kalijaga dan Ki Wanalapa sebagai penasihat kerajaan.
Kerajaan Demak mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Trenggono. Ketika itu, selain menjadi kerajaan yang makmur, Demak juga dikenal memiliki kekuatan militer yang mengagumkan. Kerajaan Demak pada saat itu berhasil menghambat laju masuknya penjajah Portugis ke Pulau Jawa. Pada tahun 1527 ketika armada Portugis datang untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa, kerajaan Demak telah berhasil memukul mundur. Atas kemenangannya, Sunda Kelapa diubah namanya menjadi Jayakarta yang berarti ”kemenangan abadi”. Akan tetapi, kekuasaan Kerajaan Demak lambat laun mulai meredup. Khususnya ketika terjadi perebutan kekuasaan di kalangan keluarga kerajaan sendiri. Ketika kekuasaan kerajaan dipegang oleh Jaka Tingkir, pusat pemerintahannya dipindah dari Demak menuju Pajang.
b. Kerajaan Pajang Kerajaan Pajang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Demak. Kerajaan Pajang dipimpin oleh Jaka Tingkir yang merupakan menantu Sultan Trenggono, Raja Demak, dan diberi wilayah kekuasaan di Pajang. Lambat laun, Pajang memiliki pengaruh yang sangat kuat hingga Jaka Tingkir sendiri menobatkan dirinya sebagai Sultan Pajang dengan gelar Sultan Adiwijaya. Setelah Sultan Adiwijaya wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh Arya Pangiri yang bukan anaknya sendiri. Pangeran Benowo yang merupakan anak Adiwijaya, cukup diangkat sebagai adipati saja. Keadaan ini pun memicu masalah. Pangeran Benowo tidak menerima keputusan ini. Ia akhirnya bersekutu dengan Sutawijaya untuk menggulingkan pemerintahan. Usaha ini pun berhasil. Selanjutnya, Pangeran Benowo diangkat sebagai Sultan Pajang, tetapi tetap berada di bawah kekuasaan Mataram.
c. Kerajaan Mataram Islam
Pada tahun 1586 berdirilah Kerajaan Mataram Islam. Kerajaan Mataram didirikan oleh Sutawijaya yang memiliki gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Pada masa kekuasaanya, Mataram diliputi sejumlah pemberontakan dari berbagai wilayah kerajaan. Para bupati yang semula tunduk pada kekuasaan Pajang, secara serentak menolak Mataram. Akan tetapi, masalah ini dapat segera diatasi. Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi berhasil dipadamkan. Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaan pada masa kekuasaan Sultan Agung Hanyakrakusumah yang bergelar Sultan Agung Senopati Ing Aloga Ngabdurrahman Khalifatullah.
Saat itu kekuasaan Mataram sangat luas dan seluruhnya berhasil disatukan. d. Kerajaan Banten Kerajaan Islam lain yang penting untuk kita ketahui adalah Kerajaan Banten. Setelah Fatahilah atau Sunan Gunung Jati berhasil menaklukkan Portugis di Sunda Kelapa, Banten dikembangkan sebagai pusat perdagangan sekaligus tempat penyiaran agama. Bahkan, Kerajaan Banten ini selanjutnya berhasil merdeka dan melepaskan diri dari Kerajaan Demak. Setelah merdeka dari Kerajaan Demak, Sultan Hasanuddin yang merupakan anak dari Sultan Fatahillah, diangkat sebagai raja (1552-1570). Kerajaan Banten mengalami kemajuan yang sangat penting pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Akan tetapi, kemajuan Kerajaan Banten semakin melemah, ketika Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap oleh VOC.
Sumber Artikel: http://www.ipapedia.web.id/2015/09/kerajaan-kerajaan-islam-di-wilayah-sumatra-dan-jawa.html