--> Skip to main content

Mengembangkan Iptek dengan Surah Yunus [10] Ayat 101 dan Surah Al-Baqarah [2] Ayat 164

Surah Yunus [10] ayat 101 dan al-Baqarah [2] ayat 164 secara eksplisit menyampaikan beberapa tanda kekuasaan Allah Swt. Penyebutan tandatanda kekuasaan Allah Swt. dalam kedua ayat ini tentu memiliki makna yang sangat mendalam. Kita, manusia dan muslim, diajak langsung untuk memperhatikan tanda-tanda tersebut. Perintah untuk memperhatikan ini tentu tidak sebatas memperhatikan tanpa guna. 

Memperhatikan tanda kekuasaan Allah Swt. tentu harus diiringi dengan gairah untuk mempelajari, mengupas, mencari solusi, dan menggunakan ilmu pengetahuan yang diperolehnyauntuk kesejahteraan manusia di bumi ini.
Saat Allah Swt. memerintahkan kita untuk memperhatikan semua yang ada di langit dan di bumi dalam Surah Yu-nus [10] ayat 101, sebenarnya AllahSwt. sedang memberi petunjuk jalan menuju ilmu astronomi dan ilmu bumi.
Demikian pula dengan tanda kekuasaan Allah Swt. yang terdapat dalam Surah al-Baqarah [2] ayat 164. Pada ayat ini Allah menggelar pernyataan tentang beberapa tanda lain kekuasaan Allah Swt. Pengamatan dan perhatian kita pada ciptaan Allah selanjutnya diharapkan dapat menjadi jalan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk menjalani kehidupan kita di muka bumi ini. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi itu kita mencari cara terbaik untuk melaksanakan kewajiban kita selaku khalifah Allah Swt. dalam memakmurkan bumi.

Islam dan ilmu pengetahuan sebenarnya bagaikan dua sisi mata uang. Keduanya menyatu dan tidak akan terpisahkan. Sejak awal Rasulullah diutus, Allah telah memberikan satu firman yang sangat memikat. ”Iqra”, bacalah. Sejak awal itu pula ilmu pengetahuan telah didengungkan oleh Islam. Firman yang tertulis dalam Surah al-’Alaq [96] ayat satu hingga lima ini memberikan panduan umum mempelajari ilmu pengetahuan dan menggunakannya untuk kehidupan manusia. Di antara panduan yang dapat kita ambil sebagai pelajaran sebagai berikut.


  1. Ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan dengan nama Allah Swt. Artinya, ilmu pengetahuan dan teknologi kita kembangkan dengan nama Allah Swt. dan bukan dengan nama keagungan diri kita atau harta yang banyak. Dengan paradigma ini kita akan terbebas dari godaan nafsu duniawi dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini tentu bukan berarti kita tidak boleh mencari penghidupan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maksud prinsip ini bahwa dalam mempelajari ilmu pengetahuan kita tidak boleh sekadar berorientasi pada harta atau ketenaran semata. Orientasi pada harta dan ketenaran akan menyebabkan kita terjebak pada sikap tidak peduli terhadap pengembangan teknologi yang merusak dan berbahaya bagi alam dan kemanusiaan.
  2. Ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan dengan mengacu pada aturan Allah Swt. Artinya, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak boleh dilakukan dalam bidang yang diharamkan Allah Swt. seperti sihir dan tenung serta dengan cara yang dilarang oleh agama seperti merusak alam dengan limbah berbahaya.
  3. Ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan untuk menopang tugas manusia sebagai khalifah Allah Swt. di bumi. Artinya, ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah Swt. dan memakmurkan bumi. Sebagaimana kita ketahui bahwa Allah Swt. mengutus manusia di bumi ini sebagai khalifah-Nya. Manusia mendapat tugas untuk memakmurkan bumi ini dan tidak menyebabkan kerusakan di atasnya.

Dengan demikian, keberadaan kita di muka bumi ini tidak dapat disiasiakan untuk hal-hal yang tidak berguna. Oleh karena itu, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dimaksimalkan untuk melaksanakan tugas yang diamanahkan kepada kita sebagai manusia.

 Pada masa lalu, sejarah Islam dihiasi oleh para ilmuwan yang menorehkan namanya dengan tinta emas. Mereka tampil sebagai ilmuwan-ilmuwan puncak dengan pengetahuan dan teknologi tertinggi yang dicapai manusia pada masanya. Di antara mereka terdapat nama-nama besar seperti berikut ini.
1. Abu Walid Muhammad bin Ahmad
Beliau dikenal dengan nama Ibnu Rusyd atau Averrus, lahir di Kordoba pada tahun 1126 Masehi. Beliau dikenal luas sebagai ilmuwan lintas bidang mulai filsafat, kedokteran, ilmu kalam, ilmu falak atau astronomi, musik, hingga tata bahasa. Karyakaryanya pun diakui hingga saat ini di antaranya Kulliyah fit-Tibb dalam bidang kedokteran, Maba di al-Falasifah sebuah buku pengantar studi filsafat, Tafsir Urjuza yang mengangkat masalah tauhid, Tahafut at-Tahafut yang merupakan jawaban atas buku Imam Gazali Taha fut al-Falasifah, dan Muwafaqah al-Hikmah wasy-Syari'ah dalam bidang filsafat dan agama. Berbagai karya tersebut saat ini telah diterjemahkan ke banyak bahasa hingga membawa pengaruh pada para ilmuwan yang datang kemudian. Dua ilmuwan Eropa yang bukan sekadar terpengaruhi oleh pemikirannya tetapi telah mengadopsi sebagian besar pemikiran Ibnu Rusyd adalah Voltaire dan J.J. Rousseau.
2. Jabir Ibnu Hayyan
Jabir Ibnu Hayyan lahir pada tahun 721 Hijriah dan wafat pada tahun 815 Hijriah. Nama lengkap beliau adalah Abu Musa al-Asadi at-Tusi dan di Barat dikenal dengan nama Geber. Jabir Ibnu Hayyan adalah seorang ilmuwan kimia. Penemuan pentingnya adalah proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan atau fiksasi, dan amalgamasi. Karya besarnya adalah kitab al-Kimya. Dari kitab itulah muncul nama ilmu kimia atau alchemy yang digunakan hingga saat ini. Buku tersebut diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Book of The Composition of Alchemy oleh Robert Chester pada tahun 1444 Masehi. Buku yang lain adalah as-Sab'in terdiri atas tujuh jilid yang diterjemahkan oleh Gerard dari Cremona, seorang penerjemah karya-karya ilmuwan Arab dalam bahasa Inggris atas perintah Paus. Dengan peran dan pengaruhnya, tidaklah mengherankan jika Richard Russel menyebut Ibnu Hayyan sebagai penemu ilmu kimia dan bapak kimia modern.

Selain kedua tokoh di atas masih banyak lagi nama lain yang dapat kita jadikan teladan dan pemacu semangat kita untuk belajar. Di antaranya Ibnu Batutah, Ibnu Khaldun, Ibnu Miskawaih, dan Ibnu Sina atau Avicenna. Mereka telah memahami perintah Allah Swt. untuk mengamati langit dan bumi dan mempersembahkan karya emas untuk ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Bagaimana dengan kita?
Setelah mempelajari Surah Yunus [10] ayat 101 dan Surah al-Baqarah [2] ayat 164, mari kita biasakan hal-hal berikut dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Belajar dan menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh.
  2. Mempergunakan akal untuk memikirkan ciptaan Allah Swt.
  3. Memperhatikan alam sekitar untuk menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
  4. Meyakini kebesaran dan kekuasaan Allah Swt. dan mewujudkannya dalam perbuatan.
  5. Menyembah dan beribadah hanya kepada Allah Swt.

Surah Yunus merupakan surah kesepuluh dalam Al-Qur’an. Dalam Surah Yunus [10] ayat 101 Allah Swt. memerintahkan agar manusia memperhatikan alam sekitar dan mempelajari alam sekitar dengan akal yang dikaruniakan Allah Swt. Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dan orang memiliki ilmu pengetahuan memiliki kedudukan tersendiri. Surah al-Baqarah merupakan surah kedua dalam Al-Qur’an. Surah al-Baqarah [2] ayat 164 menjelaskan tentang tanda-tanda kebesaran Allah Swt. yang terdapat di alam semesta sebagai berikut.

  1. penciptaan langit dan bumi;
  2. pergantian malam dan siang;
  3. turunnya air yang menghidupkan bumi; serta
  4. perkisaran angin di antara langit dan bumi.


Surah Yunus [10] ayat 101 dan Surah al-Baqarah [2] ayat 164 memerintahkan kita untuk mempergunakan akal guna menemukan kebesaran Allah Swt. di alam sekitar. Selain tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah Swt. kita akan menemukan pengetahuan baru. Pengetahuan tersebut tentunya bermanfaat bagi kehidupan manusia. Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dan memerintahkan pemeluknya agar berusaha memperoleh ilmu pengetahuan. 



Sumber Artikel: http://www.ipapedia.web.id/2015/11/mengembangkan-iptek-dengan-surah-yunus.html
Mungkin Anda Suka
Buka Komentar
Tutup Komentar