Provinsi Papua Barat merupakan provinsi yang terletak di bagian timur Indonesia dan memiliki wilayah yang cukup luas. Di provinsi ini terdapat berbagai suku bangsa. Keanekaragaman kelompok suku bangsa yang terdapat di provinsi ini menyebabkan beranekaragam pula budayanya. Keanekaragaman kebudayaan tersebut tidak hanya menunjukkan perbedaan dari unsur teknologi, mata pencaharian sampai keseniannya, tetapi juga pada unsur kemasyarakatannya. Dari segi penggunaan bahasa, provinsi ini memiliki berbagai macam bahasa. Ada kurang lebih 250 kelompok bahasa dari tiap-tiap sukunya.
Sebelum masuk ke topik bahasan tentang penggunaan bahasa daerah di Provinsi Papua Barat, terlebih dahulu saya ajak pembaca mengenal tentang gambaran umum provinsi ini. Provinsi Papua Barat merupakan provinsi ke-31 dalam NKRI dan provinsi ke-2 di Pulau Papua yang berdiri pada tanggal 4 Oktober 1999 dan beribu kota di Manokwari.
Provinsi ini memiliki kekayaan laut yang luar biasa ragamnya dan menyimpan potensi hutan, minyak dan gas bumi yang cukup besar. Potensi terpendam itu masih perlu digali dan dimanfaatkan untuk kemajuan pembangunan wilayahnya.
Letak geografis Papua Barat berada pada 2o 25'-5o 18' LS dan 130o-134o 45' BT dengan luas kurang lebih 251.037 km2. Di sebelah utara berbatasan dengan Samudra Pasifik, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Papua, sebelah selatan Laut Banda dan sebelah barat berbatasan dengan Laut Seram.
Nah kembali ke tema, sesuai judul kali ini saya akan mengajak pembaca mengenal lebih dalam tentang kebudayaan Papua Barat dari segi bahasa daerahnya. Berikut ini beberapa bahasa yang digunakan oleh sebagian penduduk di Provinsi Papua Barat terutama yang berdiam di Kabupaten Raja Ampat.
- Bahasa Ma'ya, yaitu bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku bangsa Wawiyai (Teluk kabui), suku bangsa Laganyan (Kampung Araway, Beo, dan Lopintol) dan suku bangsa Kawe. Mereka semua menggunakan satu bahasa yang terdiri atas beberapa dialek yaitu dialek Wawiyai, Laganyan, dan Kawe.
- Bahasa Ambel, yaitu bahasa yang digunakan oleh penduduk yang mendiami beberapa kampung di timur Teluk Mayalibit.
- Bahasa Batanta, bahasa ini digunakan oleh masyarakat yang mendiami sebelah selatan Pulau Batanta, yaitu penduduk Kampung Wailebet dan Kampung Yenanas.
- Bahasa Tepin, digunakan oleh penduduk di sebelah utara ke arah timur Pulau Salawati. Bahasa ini memiliki beberapa dialek yaitu dialek Kalyam Solol, Kapatlap, dan samate.
- Bahasa Moi, yaitu bahasa yang digunakan oleh penduduk di Kampung Kalobo, Sakabu, san sebagian Kampung Samate. Bahasa Moi yang dipakai di Salawati merupakan satu dialek bahasa Moi yang berasal dari daratan besar sebelah barat wilayah Kepala Burung yang berbatasan langsung dengan Selat Sele.
- Bahasa Matbat, Digunakan oleh penduduk asli pulau Misol. Penutur asli bahasa ini tersebar di Kampung Salafen, Lenmalas, Atkari, Folley, Tomolol, Kapatcool, Aduwei, dan Magey.
- Bahasa Misool, sebutan ini diberikan oleh masyarakat Misool yang berbahasa Misool sendiri. Masyarakat Misool yang menggunakan bahasa ini pada umumnya beraga islam dan tersebar di kampung Waigama, Fafanlap, Gamta, Lilinta, Yelu, Usaha Jaya, dan Harapan Jaya. Bahasa ini juga digunakan oleh beberapa kampung islam di Salawati, seperti Sailolof dan Samate.
- Bahasa Biga, adalah salah satu bahasa migrasi yang terletak di wilayah tenggara Pulau Misool. bahasa ini digunakan oleh penduduk yang tinggal di Kampung Biga di tepi Sungai Biga.
- Bahasa Biak, bahasa Biak di Raja Ampat merupakan bahasa yang bermigrasi dari Pulau Biak dan Numfor seiring dengan penyebaran orang Biak ke Raja Ampat.
- Bahasa-bahasa lain, Dengan arus migrasi penduduk dari Kepulauan Maluku dan wilayah bagian barat lainnya, maka terdapat juga beberapa bahasa yang dipakai oleh penduduk pendatang di Raja Ampat seperti bahasa Ternate, Seram, Tobelo, Bugis, Buton, dan ada pula Jawa.
Sumber Artikel: http://www.ipapedia.web.id/2015/10/mengenal-bahasa-daerah-provinsi-papua-barat.html