Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilakukan dengan revolusi fisik dan diplomasi. Banyak tokoh yang berperan dalam usaha mempertahankan kemerdekaan, di antaranya Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Panglima Besar Soedirman, dan Bung Tomo.
1. Ir. Soekarno Ir.
Soekarno lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901. Ir. Soekarno adalah proklamator kemerdekaan Indonesia. Ia adalah presiden pertama RI yang terpilih pada 18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI. Masa jabatannya dihabiskan untuk meyelesaikan masalah bangsa. Pada saat Agresi Militer Belanda I, pada 19 Desember 1948, Ir. Soekarno ditangkap dan diasingkan ke Bangka. Sebelum diasingkan beliau sempat memberikan amanat pada Mr. Syafrudin Prawiranegara (Menteri Kemakmuran) untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Beliau kembali dari pengasingan pada 6 Juli 1949.
2. Drs. Mohammad Hatta
Drs. Mohammad Hatta adalah tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia. Beliau sudah aktif berjuang dalam gerakan kebangsaan sejak mahasiswa. Setelah Indonesia merdeka, Bung Hatta mendampingi Presiden Soekarno memimpin negara Republik Indonesia. Pada agresi militer II, beliau ditangkap oleh Belanda lalu diasingkan ke Pulau Bangka. Ia selalu tampil di berbagai perundingan dalam penyelesaian masalah pengakuan kedaulatan RI. Bung Hatta selalu berusaha memperbaiki ekonomi rakyat. Atas gagasan beliaulah di Indonesia didirikan koperasi. Pada 1 Desember 1956, Bung Hatta mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden RI.
3. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah seorang raja. Ia juga sebagai pemimpin perjuangan bangsa dalam menghadapi serbuan Belanda. Pada 19 Agustus 1945, ia menyatakan bahwa Yogyakarta yang berbentuk kerajaan itu menjadi bagian dari negara Republik Indonesia. Sri Sultan Hamengkubuwono IX sangat berpengaruh pada masa perang kemerdekaan. Beliau adalah seorang bangsawan yang selalu membaur dengan rakyatnya.
Tak heran rakyat bahu membahu mendukung perjuangan untuk mengusir Belanda dari Yogyakarta. Pada serangan umum 1 Maret 1949, Sultan Hamengkubuwono IX membantu TNI dengan membangun kubu pertahanan di dalam keraton sebagai tempat persembunyian. Sri Sultan Hamengkubuwono IX juga turut berperan dalam menandatangani hasil KMB di Belanda. Beliau tampil sebagai wakil Indonesia. Dalam sidang kabinet pertama RI pada 13 Juli 1949, beliau terpilih sebagai Menteri Koordinator Pertahanan. Jabatan penting lain yang pernah dipegang, antara lain wakil perdana mentri, Ketua Badan Pengawas Keuangan, dan Menteri Utama bidang Ekonomi dan Keuangan.
4. Panglima Besar Soedirman
Sebelumnya Soedirman adalah seorang guru di sekolah Muhammadiyah. Kemudian beliau mengikuti pendidikan Peta (Pembela Tanah Air) di Bogor. Beliau diangkat menjadi Panglima Divisi V Banyumas dengan pangkat kolonel. Ia memimpin pasukan TKR untuk menyerang tentara Sekutu (Inggris) di Ambarawa.
Pada 12 November 1945 Soedirman dipilih menjadi Panglima Besar TKR. Selanjutnya beliau dilantik oleh Presiden dengan pangkat jenderal. Pada waktu itu beliau adalah Jenderal termuda di dunia yang diangkat dalam usia 29 tahun. Tugasnya adalah menyusun organisasi TKR dan memimpin perjuangan bersama Letnan Jenderal Urip Sumohardjo.
Pada 3 Juni 1947 TKR menjadi TNI setelah terlebih dahulu menjadi TRI. Pada waktu Agresi Militer Belanda II beliau memimpin perang gerilya selama tujuh bulan. Padahal, waktu itu beliau dalam keadaan sakit parah akibat penyakit paru-paru. Setelah perang berakhir, sakit beliau belum sembuh, sehingga tidak dapat memimpin langsung Angkatan Perang. Namun, pemikiran beliau selalu dibutuhkan pemerintah sampai akhir hayatnya.
Sumber Artikel: http://www.ipapedia.web.id/2015/05/tokoh-yang-berperan-dalam.html