Dasar pendidikan merupakan suatu asas untuk mengembangkan bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian. Pendidikan memerlukan landasan kerja untuk memberi arahan bagi programnya. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Oleh karenanya, tujuan merupakan salah satu hal yang penting dalam kegiatan pendidikan. Maka tujuan pendidikan tidak saja akan memberikan arahan kemana pendidikan harus ditujukan.
Secara umum, tujuan pendidikan dapat dikatakan untuk membawa anak kearah tingkat kedewasaan. Artinya membawa anak didik agar dapat mandiri dalam hidupnya ditengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, peranan pendidik dalam hal ini sangatlah penting. Pendidik adalah individu yang mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam suatu situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan (Yusuf, 1982:53). Individu yang mampu itu adalah orang dewasa yang bertanggungjawab, sehat jasmani dan rohaninya, mampu berdiri sendiri dan mampu menanggung resiko dari segala perbuatannya.
Tujuan kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak usia dini sebagai persiapan untuk kelangsungan hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pembelajaran bagi anak usia dini bukan berorientasi pada sisi akademis saja, melainkan lebih menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan seluruh kecerdasan. Howard Gardner dari Universitas Harvard mengembangkan teori yang menyatakan bahwa setiap anak terlahir dengan kombinasi delapan inteligensi yang paling dikuasainya yang meliputi;
1. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan ini dapat berkembang apabila dirangsang melalui berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, berdiskusi dan bercerita. Memudahkan anak dapat menguasai kosa kata yang sangat banyak dan mengingat fakta secara kata demi kata.
2. Kecerdasan Logika Matematika (logico mathematiccal intelligence)
Kecerdasan ini dapt dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data dan bermain dengan benda-benda. Memudahkan anak mampu membuat kategori, mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan dan memahami segala sesuatu.
3. Kecerdasan visual-spasial (visual-spatial intelligence)
Yaitu kemampuan ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk beometri, melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya imajinasi. Kecerdasan visual-spasial ini memudahkan anak mengingat apa yang dilihat, mampu membaca peta dan mahir dalam hal warna dan gambar.
4. Kecerdasan Musikal (musical/rhythmic intelligence)
Kecerdasan ini dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi dan bertepuk tangan. Memudahkan anak untuk dapat mengingat melodi, tempo, memainkan alat musik dan suka bernyanyi atau berdendang.
5. Kecerdasan Kinestetik (bodyly/kinesthetic intelligence)
Dapat dirangsang melalui olahraga atau seni melalui gerak tubuh seperti menari dan senam. Memudahkan anak untuk dapat memiliki tubuh yang lentur, dapat mengekspresikan kemampuan olahraga atau seni melalui gerak tubuh dan mahir dalam melakukan motorik halus.
6. Kecerdasan Naturalis (naturalist intelligence)
Yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, memelihara binatang termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan, angin, banjir, pelangi, siang, malam, panas, dingin, bulan dan matahari. Memudahkan anak menyukai kegiatan di alam terbuka, mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan menguasai ciri-ciri alam sekitar.
7. Kecerdasan Interpersonal (interpersonal intelligence)
Yaitu kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, memecahkan masalah dan menyelesaikan konflik. memudahkan anak mampu memahami orang lain, menjadi penengah dalam konflik dan senang bergabung dalam kelompok.
8. Kecerdasan Intrapersonal (intrapersonal intelligence)
Yaitu kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri dan disiplin. Memudahkan anak dapat memahami diri sendiri dengan baik, orisinal, suka bekerja sendiri untuk memenuhi minat dan cita-cita dirinya dan mampu membedakan benar dan salah dengan baik.
Selain kedelapan kecerdasan tersebut, di Indonesia sangatlah penting untuk menambahkan kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) yaitu kemampuan mengenai mencintai ciptaan Tuhan yang dapat dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama. Memudahkan anak untuk mampu memahami hal-hal yang benar dan salah. Dengan membangun kecerdasan spiritual akan mempengaruhi setiap aspek kehidupan anak saat ini juga kualitas hubungan anak dimasa depan.
Tujuan kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak usia dini sebagai persiapan untuk kelangsungan hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pembelajaran bagi anak usia dini bukan berorientasi pada sisi akademis saja, melainkan lebih menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan seluruh kecerdasan. Howard Gardner dari Universitas Harvard mengembangkan teori yang menyatakan bahwa setiap anak terlahir dengan kombinasi delapan inteligensi yang paling dikuasainya yang meliputi;
1. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan ini dapat berkembang apabila dirangsang melalui berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, berdiskusi dan bercerita. Memudahkan anak dapat menguasai kosa kata yang sangat banyak dan mengingat fakta secara kata demi kata.
2. Kecerdasan Logika Matematika (logico mathematiccal intelligence)
Kecerdasan ini dapt dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data dan bermain dengan benda-benda. Memudahkan anak mampu membuat kategori, mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan dan memahami segala sesuatu.
3. Kecerdasan visual-spasial (visual-spatial intelligence)
Yaitu kemampuan ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk beometri, melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya imajinasi. Kecerdasan visual-spasial ini memudahkan anak mengingat apa yang dilihat, mampu membaca peta dan mahir dalam hal warna dan gambar.
4. Kecerdasan Musikal (musical/rhythmic intelligence)
Kecerdasan ini dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi dan bertepuk tangan. Memudahkan anak untuk dapat mengingat melodi, tempo, memainkan alat musik dan suka bernyanyi atau berdendang.
5. Kecerdasan Kinestetik (bodyly/kinesthetic intelligence)
Dapat dirangsang melalui olahraga atau seni melalui gerak tubuh seperti menari dan senam. Memudahkan anak untuk dapat memiliki tubuh yang lentur, dapat mengekspresikan kemampuan olahraga atau seni melalui gerak tubuh dan mahir dalam melakukan motorik halus.
6. Kecerdasan Naturalis (naturalist intelligence)
Yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, memelihara binatang termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan, angin, banjir, pelangi, siang, malam, panas, dingin, bulan dan matahari. Memudahkan anak menyukai kegiatan di alam terbuka, mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan menguasai ciri-ciri alam sekitar.
7. Kecerdasan Interpersonal (interpersonal intelligence)
Yaitu kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, memecahkan masalah dan menyelesaikan konflik. memudahkan anak mampu memahami orang lain, menjadi penengah dalam konflik dan senang bergabung dalam kelompok.
8. Kecerdasan Intrapersonal (intrapersonal intelligence)
Yaitu kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri dan disiplin. Memudahkan anak dapat memahami diri sendiri dengan baik, orisinal, suka bekerja sendiri untuk memenuhi minat dan cita-cita dirinya dan mampu membedakan benar dan salah dengan baik.
Selain kedelapan kecerdasan tersebut, di Indonesia sangatlah penting untuk menambahkan kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) yaitu kemampuan mengenai mencintai ciptaan Tuhan yang dapat dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama. Memudahkan anak untuk mampu memahami hal-hal yang benar dan salah. Dengan membangun kecerdasan spiritual akan mempengaruhi setiap aspek kehidupan anak saat ini juga kualitas hubungan anak dimasa depan.