Ciri-Ciri Karya Sastra Melayu Klasik - Karya sastra Melayu klasik sebenarnya adalah bagian dari cerita rakyat yang berkembang di daerah Melayu. Perbedaan antara sastra melodis klasik dan cerita rakyat adalah karena sastra melayu klasik adalah embrio sastra Indonesia modern, sedangkan cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di daerah masing-masing, untuk lebih mengenalnya, kita melihat fungsi karya sastra Melayu klasik dan Tujuan literatur karya Melayu klasik, kemudian mencari contoh karya sastra Melayu klasik sehingga kita bisa mengerti dan mudah membedakannya, dimana saat ini kita akan membahas tentang karakteristik karya sastra Melayu klasik agar memudahkan kita membedakannya. karya sastra Melayu klasik dan cerita daerah atau cerita orang dan sehingga tidak timbul pertanyaan di benak kita bahwa setiap cerita rakyat adalah sastra Melayu klasik ??.
Bagaimana mengatakan dengan sastra Melayu klasik dan bagaimana contoh sastra Melayu klasik maka kita membahas karakteristik karya sastra Melayu klasik. Karakteristik karya sastra Melayu klasik seperti di bawah ini.
Ciri-ciri Karya Melayu Klasik
a. Ini berkembang secara statis dan memiliki formula standar/baku
1). Bentuk prosanya sering menggunakan klise, seperti sahibul hikayat, menurut pemilik cerita, kata, dan sejenisnya.
2). Bentuk puitis terikat oleh peraturan seperti jumlah larik di setiap bait, banyak suku kata di setiap lilitan, dan pola sajak terakhir. Aturannya bisa dilihat pada pantun atau syair.
b. Biasanya tidak sesuai dengan logika umum.
c. Ceritanya adalah kehidupan istana, raja, tuhan, pahlawan, atau tokoh mulia lainnya.
d. Disampaikan dari mulut ke mulut atau lisan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika karya sastra Melayu klasik memiliki banyak versi, menurut orang yang memberi tahu mereka.
e. Nama pencipta tidak diketahui (anonim). Hal ini disebabkan sifat karya sastra klasik yang menganggap karya sastra sebagai milik masyarakat.
Demikian pembahasan tentang Ciri-Ciri Karya Sastra Melayu Klasik semoga bermanfaat terima kasih
(Sumber :Cerdas Berbahasa Indonesia, Hal : 186-187, Penerbit : Erlangga.2006. Jakarta, Penulis : Engkos Kosasih)