Penelitian Sebagai Upaya Sistematik dalam Menemukan dan Mengembangkan Pengetahuan yang Tepat Dan Contohnya. Oleh Wahyu Nur H. Kegiatan penelitian di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi secara substansial dicirikan oleh empat hal, yaitu adanya upaya sistematis, adanya temuan, kegunaan dan tindak lanjut dari diseminasi temuan (Mukhadis, 2013: 70).
Upaya sistematis dalam konteks ini ditandai dengan kejelasan langkah yang diambil secara eksplisit, jelas dan langsung dari penentuan masalah sampai pada kesimpulan dan / atau generalisasi (perampokan) dan dapat direplikasi oleh temuan peneliti lain (Mukhadis, 2013: 70). Penelitian sebagai upaya sistematis berarti bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, penelitian dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah oleh peneliti yang memiliki integritas ilmiah. Penelitian dilakukan berdasarkan teori, prinsip, dan asumsi dasar sains dengan menggunakan penalaran deduktif serta prosedur dan teknik yang sistematis.
Misalnya, Creswell (2012: 8-11) menyebutkan setidaknya 6 studi sistematis: (1) mengidentifikasi masalah penelitian; (2) Menemukan literatur yang tepat dan mendukung; (3) menentukan tujuan penelitian; (4) mengumpulkan data; 5) menganalisis dan menafsirkan data, dan (6) membuat laporan penelitian dan evaluasi.
Aspek temuan sebuah penelitian di bidang sains dan teknologi pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu sebagai hasil 'temukan' dan 'berkembang' (Mukhadis, 2013: 70). Hasil penelitian dikelompokkan ke dalam kategori untuk mengetahui apakah dari masalah tersebut, metode dan hasil penelitian tersebut memenuhi indikator aspek kebaruan dan belum dipelajari oleh peneliti lain sebelumnya. Sedangkan hasil penelitian dikatakan berkembang jika temuan berupa penyempurnaan atau modifikasi dari berbagai hasil penelitian terdahulu yang berorientasi pada menghasilkan produk, yang memiliki nilai signifikan ditambahkan ke produk yang ada sebelumnya.
Kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan sejati sebagai penyempurnaan pengetahuan sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti dan ilmuwan di bidang sains masing-masing. Pengetahuan berupa fakta, konsep, generalisasi, dan teori yang dihasilkan dari berbagai penelitian ini merupakan kontribusi penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang. Selain itu hasil penelitian juga memungkinkan manusia untuk lebih memecahkan masalah praktis yang ditemui dalam hidupnya.
Berikut ini akan diuraikan mengenai bentuk konkret dari pemahaman dan contoh penelitian - antara lain:
a. Eksperimen
Penelitian eksperimental adalah suatu bentuk penelitian eksperimental yang berusaha untuk mengisolasi dan mengendalikan setiap kondisi yang relevan dengan situasi yang diteliti dan kemudian mengamati efek atau efeknya bila kondisi tersebut dimanipulasi. Dengan kata lain, perubahan atau manipulasi dilakukan pada variabel independen dan pengaruhnya diamati pada variabel dependen. Menurut Emzir (2008: 96-103) desain penelitian eksperimental terbagi dalam empat bentuk yaitu, desain pra eksperimental, desain eksperimental sejati, desain eksperimen quasy dan desain faktorial.
Contoh:
Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Interaktif Web-Teded Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi Siswa Kelas VIII SMPN 3 Malang. (Kuasi Percobaan untuk Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Malang Tahun Ajaran 2010/2011). (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri Malang, tesis yang tidak dipublikasikan).
b. Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan fenomena yang ada, yang berlangsung hari ini atau masa lalu. Studi ini tidak memanipulasi atau mengubah variabel bebas, namun menggambarkan kondisi seperti apa adanya. Penggambaran kondisi bisa bersifat individu atau menggunakan angka. (Sukmadinata, 2006: 5)
Penelitian deskriptif, bisa menggambarkan situasi saja, tapi bisa juga menggambarkan keadaan pada tahap perkembangannya, penelitian semacam itu disebut studi perkembangan (Developmental Studies). Dalam studi perkembangan ini ada yang longitudinal atau sepanjang waktu dan ada yang melintang atau dalam potongan waktu.
Contoh:
Pengembangan Manajemen Guru Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Kuningan: Studi Kepemimpinan Entrepeuneur Dan Sistem Kompensasi Kreativitas dan Kinerja yang Inovatif. (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri Malang, tesis yang tidak dipublikasikan).
c. Korelasional
Penelitian korelasi adalah studi yang melibatkan tindakan pengumpulan data untuk mengetahui apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua atau lebih variabel. Adanya hubungan dan tingkat variabel penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. (Sukardi, 2003: 166)
Penelitian korelasi merupakan bentuk penelitian untuk menguji hubungan antara dua konsep. Secara umum ada dua jenis pernyataan yang mengekspresikan hubungan, yaitu: (1) kombinasi dua konsep, ada semacam pengaruh dari sebuah konsep terhadap konsep yang lain; (2) hubungan kausal, ada hubungan kausal. Dalam hubungan kausal, penyebabnya disebut variabel bebas dan direferensikan sebagai variabel dependen. Dalam penelitian korelasi tidak ada kontrol atau manipulasi variabel.
Contoh:
Hubungan antara Self-Admission dan Interpersonal Competence pada Remaja (Studi korelasi pada remaja tuna netra yang mengalami gangguan mental bukan sejak mereka lahir di PSBN Wyata Guna Bandung). (Sumber: repository.upi.edu).
d. Komparatif
Penelitian kausal komparatif atau penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris sistematis dimana ilmuwan tidak mengendalikan variabel independen secara langsung karena keberadaan variabel tersebut telah terjadi. Pendekatan dasar dari klausul komparatif melibatkan aktivitas peneliti mulai dari mengidentifikasi pengaruh satu variabel ke variabel lainnya dan kemudian mencoba mencari kemungkinan variabel penyebabnya.
Penelitian komparatif membandingkan situasi masa lalu dan sekarang atau situasi paralel yang berbeda, terutama jika peneliti tidak memiliki kontrol atas situasi yang diteliti. Penelitian ini dapat memiliki perspektif makro (misalnya internasional, nasional) dan mikro (misalnya masyarakat, individu).
Contoh:
Perbandingan Pembelajaran Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual (CTL) dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Pembelajaran Siswa terhadap Standar Kompetensi Menganalisis Sirkuit Listrik dan Elektronika di SMKN 12 Bandung. (Sumber: repository.upi.edu).
e. Evaluasi
Evaluasi penelitian adalah suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk memriksa proses perjalanan suatu program serta menggambarkan fakta-fakta yang kompleks dan terlibat dalam program. Misalnya, efektivitas, efisiensi dan daya tarik sebuah program (Mukhadis, 2013: 61).
Contoh:
Evaluasi Proses Pembelajaran TIK SMA Negeri di Malang Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses. (Deskriptif tentang kondisi proses pembelajaran pelajaran TIK SMA Negeri Malang Tahun 2010/2011 dengan populasi 10 SMA Negeri dan 5 sampel penelitian SMA Negeri). (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri Malang, tesis yang tidak dipublikasikan).
f. Simulasi
Penelitian simulasi merupakan bentuk penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran melalui sistem atau model skala kecil (model) dimana pada model akan dimanipulasi atau dikontrol untuk melihat efeknya. Penelitian ini serupa dengan penelitian eksperimental, perbedaannya adalah bahwa dalam penelitian ini membutuhkan lingkungan yang sangat mirip dengan situasi atau sistem aslinya.
Contoh:
Penggunaan Simulasi Monte Carlo Untuk Menentukan Nilai Hasil Pada Pengambilan Keputusan (Studi Kasus Pengambilan Keputusan pada Toko Koleksi NAFC). (Sumber: repository.upi.edu)
g. Survei
Desain penelitian survei adalah prosedur dalam penelitian kuantitatif dimana peneliti mengelola populasi orang untuk menggambarkan sikap, pendapat, perilaku, atau karakteristik populasi. (Creswell, 2012: 376)
Penelitian survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Populasi mungkin peduli dengan orang, institusi, institusi, organisasi dan unit masyarakat dan lainnya, namun sumber utamanya adalah masyarakat. Desain survei tergantung pada penggunaan jenis kuisoner. Survei membutuhkan populasi yang besar jika peneliti menginginkan hasil untuk mencerminkan kondisi sebenarnya, semakin besar pula survei sampel hasil yang lebih akurat. Penelitian survei memiliki tiga tujuan utama: menggambarkan keadaan saat ini, mengidentifikasi secara terukur kondisi saat ini untuk perbandingan, menentukan hubungan kejadian spesifik.
Contoh:
Stress dan Burnout di Pedesaan dan Urban Secondary School Teachers. Jurnal Penelitian Pendidikan. 1999. 92, hal. 287-293. (di Creswell, 2012: 378)
h. Studi kasus
Sebuah studi kasus adalah eksplorasi mendalam terhadap sistem terikat (misalnya, aktivitas, kejadian, proses, atau individu) berdasarkan pengumpulan data yang ekstensif. Studi kasus melibatkan investigasi kasus, yang dapat didefinisikan sebagai entitas terbatas atau objek studi, atau terpisah untuk penelitian dalam hal waktu, tempat, atau batasan fisik. Penting untuk dipahami bahwa kasus dapat berupa individu, program, kegiatan, sekolah, kelas, atau kelompok. Begitu kasusnya jelas, peneliti menginvestigasi secara mendalam, biasanya menggunakan beberapa metode pengumpulan data, seperti wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi.
Studi kasus kolektif; (a) melibatkan banyak kasus, (b) dapat terjadi di banyak tempat, dan (c) menggunakan banyak individu. Kerangka konseptual untuk studi kasus adalah bahwa dengan mengumpulkan informasi mendalam tentang kasus ini, peneliti akan mencapai pemahaman mendalam mengenai kasus ini, apakah kasusnya adalah individu, kelompok, kelas, atau sekolah.
Contoh:
Butera, G. 2005. Kolaborasi dalam konteks Appalachia: Kasus Cassie. Jurnal Pendidikan Khusus, 39 (2): 106-116.
Butera (2005) menggunakan studi kasus dan data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan, dan dokumen untuk menggambarkan kolaborasi tim dengan seorang anak laki-laki berusia 4 tahun di West Virginia. (Stoner, 2010: 21)
i. Teori Dasar (Grounded Theory)
Grounded Theory adalah sebuah pendekatan yang memungkinkan peneliti untuk mengembangkan atau menemukan sebuah teori yang didasarkan pada studi fenomena. Dengan menggunakan teori grounded, peneliti sengaja (a) memilih peserta yang mengalami fenomena yang sedang diteliti, (b) menganalisis data (yaitu wawancara, dokumen, dan catatan), dan (c) mendekati fenomena yang diteliti tanpa mengurangi pengertian. Kerangka konseptual ini memungkinkan suara peserta muncul, mengharuskan peneliti mengidentifikasi tema utama atau konsep data peserta, dan menyediakan cara untuk mengembangkan teori dari sudut pandang peserta.
Teori yang paling mendasar akan dimulai dengan sebuah hipotesis, juga tidak memulai penyelidikan mereka dengan tinjauan menyeluruh terhadap literatur yang berkaitan dengan topik mereka. Mereka membangun teori dari data mereka dan mereka tidak menunggu sampai semua data dikumpulkan sebelum mereka memulai tahap analisis. (Bell, 2005: 19)
Contoh:
Bays, D. A., & Crockett, J. B. 2007. Menyelidiki Kepemimpinan Instruksional untuk Pendidikan Khusus. Luar biasa, 15 (3): 143-161.
Pendekatan teori grounded digunakan oleh Bays dan Crockett (2007) untuk menyelidiki kepemimpinan instruksional untuk pendidikan khusus di sekolah dasar. (Stoner, 2010: 22)
j. Etnografi
Observasi observasi Etnografi, wawancara, pemetaan dan pencatatan, analisis interaksi, kajian catatan sejarah dan dokumen publik terkini, penggunaan data demografi. (Bell, 2005: 16)
Etnografi adalah analisis mendalam tentang kelompok sosial. Data biasanya dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumen. Jenis penelitian ini berfokus pada membangun catatan tentang perilaku dan kepercayaan kelompok tersebut dari waktu ke waktu. Etnografi mengharuskan peneliti berpartisipasi, baik sebagai pengamat atau peserta aktif, cukup lama waktu interaksi dengan kelompok yang diteliti. Kerangka konseptual etnografi adalah bahwa keterlibatan langsung ke dalam budaya kelompok akan memungkinkan peneliti untuk melihat dunia dari perspektif kelompok, dan melihat mana yang akan memberi pemahaman tentang perilaku dan kepercayaan kelompok.
Contoh:
Harry, Klingner, & Hart. 2005. Keluarga African American di bawah api: Pandangan etnografis tentang kekuatan keluarga. Remedial dan Pendidikan Khusus, 26 (2): 101-112.
Harry, Klingner, dan Hart (2005) menerbitkan sebuah studi etnografi terhadap siswa Afrika Amerika dalam pendidikan khusus di sebuah distrik sekolah budaya perkotaan yang beragam. (Stoner, 2010: 22)
k. Kultural
Penelitian budaya (culture) adalah penelitian yang dilakukan pada objek unsur atau fenomena budaya dengan menggunakan alat metodologis yang termasuk dalam ilmu budaya. Unsur atau fenomena budaya adalah unsur atau gejala yang terkandung dalam masyarakat yang berkaitan dengan alat nilai, pemikiran, dan kultivasi dalam bentuk interaksi antara masyarakat dan lingkungannya atau aspek pemikiran atau kreasi anggotanya yang dinyatakan dalam bentuk tulisan atau objek, objek.
Contoh:
Kenali Ajen Budaya Sunda Dina Wawacan Jaka Bayawak.
(Sumber: repository.upi.edu).
l. Historis
Penelitian sejarah adalah suatu bentuk penelitian yang memiliki tujuan untuk menggambarkan fakta dan menarik kesimpulan tentang kejadian masa lalu. Data primer dari penelitian ini adalah data historis, misalnya arkeolog menggunakan sumber data berupa dokumentasi tentang masa lalu. Penelitian historis dapat digunakan untuk menemukan solusi sementara berdasarkan kejadian masa lalu dan menggambarkan tren sekarang atau masa depan.
Kothari (2004) mengkategorikan jenis penelitian historis menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan perspektif - mempelajari kegiatan / agenda masa lalu ke pendekatan sekarang dan retroperpektif - mempelajari kegiatan / agenda saat ini yang kemudian dikaitkan dengan hal-hal serupa di masa lalu.
Contoh:
Seni Tradisi Gembyung di Kampung Ganceuy Kabupaten Subang 1975-1999 (A Historical Review on Social Culture Society). (Sumber: repository.upi.edu).
m. Etnologi
Penelitian etnologi adalah penelitian yang berfokus pada perilaku manusia. Periset lebih cenderung menggunakan interpretasi langsung terhadap perilaku subjek yang diteliti daripada menafsirkan secara teoritis. Periset harus berusaha tidak tampil sebagai peneliti, karena jika tidak maka interpretasi data yang didapat dari responden akan terpengaruh.
Contoh:
Eufemisme Dalam Bahasa Simalungun (Studi Sosiolinguistik) (Sumber: repository.usu.ac.id).
n. Penelitian Praktis (Action Research / Action Reasearch)
Desain penelitian tindakan sering memanfaatkan data kuantitatif dan kualitatif, namun berfokus pada penggunaan berguna dalam menangani masalah praktis di sekolah dan kelas. Penelitian tindakan dirancang untuk membantu siswa memperbaiki pengajaran, pembelajaran dan pengajaran mereka, dan belajar dari siswa mereka (Creswell, 2012: 577).
Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian yang berisi berbagai prosedur untuk menggambarkan kasus-kasus yang bersifat mikro atau spesifik. Kesimpulan penelitian tindakan langsung hanya diterapkan pada kasus yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan. Penelitian tindakan lebih sesuai dengan metode kualitatif yang sangat bergantung pada data pengamatan behavioralistik.
Contoh:
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Terhadap Pemecahan Masalah Melibatkan Uang Melalui Metode Simulasi (Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas III B SDN Cicadas 03 Gunung Putri Bogor). (Sumber: repository.upi.edu).