A. Pengertian Multiple Intelligences (Kecerdasan Jamak)
Teori kecerdasan ganda atau kecerdasan ganda ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan dan profesor pendidikan dari Sekolah Pascasarjana Pendidikan, Universitas Harvard, Amerika Serikat. Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menghasilkan produk dalam berbagai pengaturan dan dalam situasi nyata. Berdasarkan pemahaman ini, dipahami bahwa kecerdasan bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab pertanyaan tes IQ dalam ruang terbatas yang independen dari lingkungannya. Tetapi kecerdasan mencakup kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah nyata dan dalam situasi yang berbeda.
Gardner menekankan kemampuan untuk memecahkan masalah nyata, karena seseorang memiliki kecerdasan tinggi jika ia dapat memecahkan masalah kehidupan nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin seseorang terampil dan mampu memecahkan masalah kehidupan yang situasinya beragam dan kompleks, semakin tinggi kecerdasannya. Penemuan Gardner tentang kecerdasan seseorang telah mengubah konsep kecerdasan. Menurut Gardner, kecerdasan seseorang diukur bukan dengan tes tertulis, tetapi bagaimana seseorang dapat memecahkan masalah nyata dalam kehidupan.
Kecerdasan seseorang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan jumlah banyak, ini berbeda dari konsep lama yang menyatakan bahwa kecerdasan seseorang tetap dari lahir hingga dewasa, dan tidak dapat diubah secara signifikan. Bagi Gardner suatu kemampuan disebut kecerdasan ketika ia menunjukkan keterampilan dan keterampilan seseorang untuk memecahkan masalah dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya.
Hal ini memicu upaya keras Howard Gardner untuk melakukan penelitian dengan melibatkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang pada akhirnya melahirkan teori kecerdasan ganda (kecerdasan jamak).
Intelektual multipe bahwa Gardner telah diterjemahkan ke dalam kata-kata yang berbeda dalam beberapa buku.
1. Pada Alder (2001) dalam Andi Ichsan Mahardika (2011: 23) diterjemahkan sebagai kecerdasan yang berlipat ganda
2. Uno (2009: 123) dalam Andi Ichsan Mahardika (2011: 23) mengartikan sebagai kecerdasan ganda.
3. Efendi (2005:135) dalam Andi Ichsan Mahardika (2011: 23) diterjemahkan sebagai kecerdasan majemuk, dengan menggunakan serapan diartikan sebagai multi inteligensi.
Gardner (2003) mengemukakan kecerdasan majemuk didasari bahwa orang mempunyai kekuatan memahami berbeda dan gaya pemahaman yang kontras. Membawa visi alternatif yang didasarkan pada panganan mengenai pikiran yang berbeda secara radikal, dan visi menghasilkan pandangan mengenai sekolah yang amat berbeda, sekolah yang terpusat pada individual, yang menerima pandangan multi dimensi dari kecerdasan.
Tujuh inteligensi/kecerdasan yang kemudian disebut multi inteligensi. Ketujuh jenis kecerdasan, yakni : (1) kecerdasan verbal-linguistik; (2) kecerdasan logis-matematik; (3) kecerdasan visual-spasial; (4) kecerdasan berirama-musik; (5) kecerdasan jasmaniah-kinestetik; (6) kecerdasan interpersonal; (7) kecerdasan intrapersonal; Gardner (Andi Ichsan Mahardika, 2011).
Pada pengkajian lebih lanjut Gardner dalam Rose: 150 dan Hoerr 2007: 15, menambahkan satu inteligensi yang lain yaitu inteligensi naturalis. Kedelapan inteligensi tersebut dapat dijelaskan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
1. Kecerdasan Verbal-Linguistik
Kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa, termasuk bahasa ibu dan bahasa asing, untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran dan memahami orang lain. Menggunakan kata-kata adalah cara utama untuk berpikir dan memecahkan masalah bagi orang yang memiliki kecerdasan ini. Kecerdasan linguistik juga disebut kecerdasan verbal karena mencakup kemampuan untuk mengekspresikan diri secara lisan dan tertulis serta kemampuan untuk menguasai bahasa asing. Mereka menggunakan kata-kata untuk membujuk, mengajak, berdebat, menghibur, atau mengajar orang lain.
2. Kecerdasan Logika-Matematis
Kecerdasan matematis adalah kemampuan untuk menangani serangkaian alasan, untuk mengenali pola dan aturan. Kecerdasan ini mengacu pada kemampuan untuk mengeksplorasi pola, kategori dan hubungan dengan memanipulasi objek atau simbol untuk bereksperimen dengan cara yang terkendali dan teratur. Kecerdasan matematika juga disebut kecerdasan logis dan penalaran karena itu adalah dasar untuk memecahkan masalah dengan memahami prinsip-prinsip yang mendasari sistem kausal atau mampu memanipulasi angka, kuantitas, dan operasi. Karena itu, orang yang kuat dalam kecerdasan ini sangat senang berhitung, bertanya, dan bereksperimen.
3. Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk memahami gambar dan bentuk. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung berpikir dengan gambar dan sangat baik ketika belajar melalui presentasi visual seperti film, gambar, video, dan demonstrasi yang menggunakan alat peraga. Mereka juga menyukai aktivitas menggambar, melukis, mengukir, dan umumnya mengekspresikan diri melalui kegiatan seni. Mereka juga sangat baik untuk membaca peta, diagram, dan memecahkan teka-teki jigsaw. Kecerdasan visual juga disebut kecerdasan spasial karena mencakup kemampuan untuk menggambar bentuk dan ruang dari suatu objek, kemampuan untuk memikirkan bentuk sehingga memungkinkan seseorang untuk tahu di mana dia berada, dan kemampuan untuk memotret dunia.
4.Kecerdasan Musik-Irama
Kecerdasan musik-ritmik adalah kemampuan untuk berpikir tentang musik seperti mampu mendengar, mengenali, mengingat, dan bahkan memanipulasi pola musik. Orang yang memiliki kecerdasan musikal dianggap memiliki apresiasi musik yang kuat, mudah mengingat lagu dan melodi, memiliki pemahaman tentang warna nada dan komposisi, dapat membedakan perbedaan antara pola nada dan kesenangan umum dalam musik. Kemampuan untuk memainkan instrumen datang secara alami kepada orang yang memiliki kecerdasan musikal. Kecerdasan musikal juga mencakup kemampuan untuk memahami dan memahami, membuat dan menyanyikan bentuk-bentuk musik dan para ahli mengakui bahwa musik menstimulasi aktivitas kognitif di otak dan mendorong kecerdasan.
5. Kecerdasan Fisik-Kinestetik
Kecerdasan fisik-kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide, perasaan, dan menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi sesuatu. Orang yang memiliki kelebihan dalam kecerdasan kinestetik cenderung memiliki perasaan yang kuat dan kesadaran yang dalam tentang gerakan fisik. Mereka mampu berkomunikasi dengan baik melalui bahasa tubuh dan sikap fisik lainnya. Mereka juga bisa melakukan pekerjaan dengan baik setelah melihat orang lain melakukannya lebih dulu, lalu meniru dan mengikuti tindakannya. Namun, orang yang memiliki kecerdasan ini sering merasa tidak nyaman ketika duduk dalam waktu yang relatif lama dan bahkan merasa bosan jika semuanya dipelajari atau disampaikan tanpa disertai dengan tindakan yang bersifat demonstratif.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan membaca tanda dan isyarat sosial, komunikasi verbal dan non-verbal, dan dapat menyesuaikan gaya komunikasi dengan tepat. Orang dengan kecerdasan interpersonal yang tinggi menegosiasikan hubungan dengan keterampilan dan keterampilan karena orang tersebut memahami perlunya empati, kasih sayang, pemahaman, ketegasan, dan ekspresi kebutuhan dan keinginan. Orang-orang seperti ini tahu betapa pentingnya berkolaborasi dengan orang lain, memimpin saat diperlukan, mengikuti jika perlu, bekerja dengan orang-orang dengan keterampilan komunikasi yang berbeda. Kecerdasan interpersonal berkaitan dengan konsep interaksi dengan orang lain di sekitarnya. Interaksi bukan sekadar hubungan biasa seperti berdiskusi dan berbagi suka-duka, tetapi juga memahami pikiran, perasaan, dan kemampuan untuk memberikan empati dan respons.
7. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang berasal dari pemahaman diri yang menyeluruh untuk menghadapi, merencanakan, dan menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung memiliki kesadaran diri yang tinggi di mana mereka mampu memproses tujuan yang jelas tentang segala sesuatu yang dilakukan sekarang dan di masa depan. Secara umum, mereka memilih untuk bekerja sendiri dalam menyelesaikan proyek walaupun terkadang membutuhkan perhatian ekstra. Mereka tidak hanya cenderung selalu sendiri dan tidak ingin bergaul dengan orang lain, tetapi juga berhubungan dengan kemampuannya untuk mencerminkan diri. Mereka dapat menghabiskan waktu dalam kehidupan sehari-hari untuk merefleksikan tujuan dan eksistensi mereka sendiri. Jika mereka tidak memiliki tujuan khusus untuk dilakukan di luar, seperti pergi ke sekolah atau kegiatan lain, maka mereka mungkin tidak akan pernah meninggalkan rumah mereka untuk beberapa waktu.
8. Kecerdasan Naturalistik
Kecerdasan Naturalistik adalah kemampuan untuk mengenali dan mengklasifikasikan berbagai spesies termasuk flora dan fauna di lingkungan. Orang yang memiliki kecerdasan naturalistik yang kuat memiliki minat terhadap dunia luar atau dunia binatang, minat ini mulai muncul sejak usia dini. Mereka menyukai subjek, cerita, dan pertunjukan yang terkait dengan hewan dan fenomena alam. Bahkan, mereka menunjukkan minat yang besar dalam mata pelajaran seperti biologi, zoologi, botani, geologi, meteorologi, astronomi, dan paleontologi. Kecerdasan naturalistik juga disebut sifat cerdas karena sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, bahkan jika perubahan dalam hitungan menit dan sangat lambat yang bagi orang lain pada umumnya tidak terasa. Ini terjadi karena tingkat persepsi sensoriknya jauh lebih tinggi daripada kebanyakan orang. Kekuatan perasaan yang terkait dengan alam dapat memberikan wawasan individu dalam mengamati persamaan, perbedaan, dan perubahan di alam jauh lebih cepat daripada yang lain pada umumnya. Oleh karena itu, orang yang pintar dalam alam sangat mudah mengkategorikan dan mengkatalog sesuatu.
B. Aktivitas Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences
Kegiatan belajar dalam arti luas termasuk praktik pendidikan yang memperlakukan peserta didik tidak hanya sebagai pelaksana pembelajaran yang disediakan oleh pendidik, tetapi juga bertindak sebagai agen tindakan kognitif yang didistribusikan antara pendidik dan peserta didik. Artinya, peserta didik dapat menetapkan tujuan, menemukan cara dan metode untuk mencapai tujuan, dan melibatkan diri untuk mengalami kegiatan belajar dan evaluasi diri dari hasil yang diperoleh. Yaumi (2013)
Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran harus memungkinkan peserta didik untuk mengamati lingkungan dan kemudian terhubung ke pengetahuan / pengalaman yang mereka peroleh dan kemudian dimasukkan dalam menentukan tujuan pembelajaran mereka sendiri dan cara untuk mencapai tujuan tersebut dengan fasilitator sebagai fasilitator. Berdasarkan definisi di atas, kegiatan pembelajaran berbasis multi-intelijen di sini adalah berbagai bentuk kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan memfasilitasi pengembangan kecerdasan ganda peserta didik. Yaumi (2013: 38)
Sebelum memulai kegiatan belajar, peserta didik diklasifikasikan berdasarkan jenis kecerdasan yang mereka miliki. Mengingat bahwa sebagian besar peserta didik dapat memiliki semacam kecerdasan, perlu diperhatikan untuk tidak mengelompokkan anak hanya dalam satu jenis kecerdasan.
Dalam merencanakan pembelajaran dengan menggunakan teori kecerdasan jamak memerlukan analisis tentang cara mengajar yang dapat mengakomodasi semua jenis kecerdasan yang dimiliki peserta didik.
1. Bangkitkan keingintahuan, minat, dan perhatian siswa tentang tema atau topik pembelajaran.
2. Mendorong dan menginspirasi siswa untuk secara aktif belajar, dan mengembangkan pertanyaan dari dan untuk diri mereka sendiri.
3. Diagnosis kesulitan belajar siswa sambil mengadvokasi solusi.
4. Menyusun tugas dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahaman tentang substansi pelajaran yang diberikan.
5. Hasilkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberikan jawaban yang logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
6. Dorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berdebat, mengembangkan keterampilan berpikir, dan menarik kesimpulan.
7. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau ide, memperkaya kosakata, dan mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
8. Biasakan siswa berpikir secara spontan dan cepat, dan waspada dalam menanggapi masalah yang tiba-tiba muncul.
9. Berlatih kesopanan dalam berbicara dan membangkitkan empati satu sama lain.