Contoh Puisi Baru Distikon dan Terzina dalam Bahasa Indonesia. Berdasarkan bentuknya, ia terdiri dari beberapa jenis, di mana berbagai jenis puisi berdasarkan bentuknya adalah puisi distikon dan terzina. Sederhananya, distikon adalah sebuah puisi yang setiap ayatnya mengandung dua baris atau baris. Sementara itu, terzina adalah sebuah puisi, setiap bait terdiri dari tiga baris atau baris. Untuk mengetahui seperti apa dua jenis puisi itu, maka dalam artikel ini beberapa contoh akan ditampilkan. Contohnya bisa dilihat sebagai berikut!
A. Contoh Puisi Baru Terzina****
Contoh 1:
Di Atas Meja
Karya: Joko Pinurbo
Di atas meja kecil ini
masih tercium harum darahmu
di halaman-halaman buku.
Sabda sudah menjadi saya.
Saya akan dipecah-pecah
menjadi ribuan kata dan suara.
(1990)
Contoh 2
Tengah Malam
Karya: Joko Pinurbo
Badai menggemuruh di ruang tidurmu.
Hujan menderas, lalu kilat, petir,
dan ledakan-ledakan waktu dari dadamu.
Sesudah itu semuanya reda.
Musim mengendap di kacajendela.
Tinggal ranting dan dedaunan kering
berserakan di atas ranjang.
Wajtu itu tengah malam.
Kau menangis. Tapi ranjang
mendengarkan suaramu sebagai nyanyian.
(1989)
Contoh 3:
Di Kulkas, Namamu
Karya: Joko Pinurbo
Di kulkas masih ada
gumpalan-gumpalan batukmu
mengendap pada kaleng-kaleg susu.
Di kulkas masih ada
engahan-engahan nafasmu
meresap dalam anggur-anggur beku.
Di kulkas masih ada
sisa-sisa sakitmu
membekas pada daging-daging layu.
Di kulkas masih ada
bisikan-bisikan rahasiamu
terseimpan dalam botol-botol waktu.
(1991)
Contoh 4:
Gambar Hati Versi Penyair
Karya: Joko PInurbo
Seperti dua koma bertangkupan.
Dua koma dari dua kamus yang berbeda
dan tanpa janji bertemu di sebuah puisi.
(2007)
*Disadur dari buku puisi “Selamat Menunaikan Ibadah Puisi” karya Joko PInurbo.
**Disadur dari buku puisi “Asal Muasal Pelukan” karya Candra Malik.
***Idem.
****Semua contoh puisi terzina di artikel ini diambil dari buku “Selamat Menunaikan Ibadah Puisi” karya Joko Pinurbo.
B. Contoh Puisi Baru Distikon
Contoh 1:
Hutan Karet*
Karya: Joko Pinurbo
-in memoriam, Sukabumi
Daun-daun karet berserakan.
Berserakan di hamparan waktu.
Suara monyet di dahan-dahan.
Suara kalong menghalau petang.
Di pucuk-pucuk ilalang belalang berloncatan.
Berloncatan di semak-semak rindu.
Dan sebuah jalan melingkar-lingkar
membelit kenangan terjal.
Sesaat sebelum surya berlalu
masih kudengar suara beduk bertalu-talu.
(1990)
Contoh 2:
Ingin Dicinta**
Karya: Candra Malik
Ketika sendiri, siapa yang bersamamu?
Apakah sepi, ataukah Rindu?
Ketika kita bersama, apa yang kau rasa?
Apakah bahagia, ataukah derita?
Siapa di antara kita yang berbohong?
Siapa memelihara omong kosong?
Tidakkah manusia memang seharusnya memiliki cita-cita?
Tidakkah manusia selayaknya ingin dicinta?
Salatiga, 5 Desember 2015
Contoh 3:
Tanda Mata***
Karya: Candra Malik
Bagiku, engkaulah tanda mata.
Sejak bertemu, nyata selamanya.
Bagiku, engkau adalah cahaya.
Dari binarmu, tatapanku bermula.
Bagiku, engkaulah penglihatan.
Di setiap waktu, di setiap ingatan.
Bagiku, engkau arah memandang.
Pada matamu, mataku berpulang.
Denpasar, 22 Desember 2015
Semoga bermanfaat dan mampu menambah wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu mengenai puisi baru pada khususnya, maupun mengenai materi pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya. Mohon dimaafkan jika terdapat kekeliruan di dalam artikel kali ini.
Semoga bermanfaat dan mampu menambah wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu mengenai puisi baru pada khususnya, maupun mengenai materi pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya. Mohon dimaafkan jika terdapat kekeliruan di dalam artikel kali ini.
Demikianlah beberapa contoh puisi baru distikon dan terzina dalam bahasa Indonesia. JIka pembaca ingin melihat beberapa contoh puisi baru lainnya, maka pembaca bisa membuka beberapa artikel berikut ini, yaitu: contoh puisi quatrain, contoh puisi quint, contoh puisi oktaf atau stanza, contoh puisi soneta, contoh puisi romance, contoh puisi elegi, dan contoh puisi balada. Sekian dan juga terima kasih.