Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim dan Penjelasannya. Mekanisme kerja enzim dijelaskan oleh dua teori, yaitu teori kunci dan kunci yang dikemukakan oleh Fischer (1898). Teori ini menjelaskan bahwa enzim disamakan dengan kunci karena memiliki bagian kecil yang dapat mengikat substrat. Bagian ini disebut sisi aktif. Sementara itu, substrat disamakan dengan kunci karena dapat mengikat dengan benar ke sisi aktif enzim. Kemudian, Teori Fit yang diinduksi diusulkan oleh Daniel Koshland. Teori ini menjelaskan bahwa sisi aktif enzim dapat berubah bentuk sesuai substratnya (fleksibel).
Enzim adalah protein yang bertindak sebagai katalis dan bertanggung jawab atas laju tinggi dan spesifisitas dari satu atau lebih reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler. Enzim bekerja dengan membentuk enzim - substrat kompleks. Reaksi enzim selalu bolak-balik. Hampir semua enzim adalah protein globular yang terdiri dari satu polipeptida atau dua atau lebih polipeptida yang terikat bersama (dalam struktur kuaterner) oleh ikatan non-kovalen. Ini disebabkan oleh konfigurasi tiga dimensi dalam larutan, enzim yang bekerja pada molekul lain (substrat), dan mengkatalisasi satu jenis (tetapi tidak harus satu) dari reaksi kimia.
Secara umum, sel hanya dapat melakukan apa yang dilakukan enzim. Selama evolusi dan perkembangan multiseluler, sel menjadi terlihat dan berfungsi secara berbeda satu sama lain karena mereka memiliki kemampuan biokimia yang berbeda.
Bentuknya memungkinkan untuk satu atau dua sisi pengikatan (domain) aktif untuk sementara dan biasanya non-kovalen dengan molekul substrat yang setara untuk membentuk satu atau lebih kompleks enzim-substrat (ES), katalisis hanya terjadi selama keberadaan kompleks.
Satu atau lebih produk kemudian dilepaskan sehingga sisi aktif kembali bebas untuk mengikat media baru. Sisi aktif memiliki konformasi dan distribusi beban yang khusus untuk substrat dan komponen asam amino, akan mengubah posisi tiga dimensi (induced fit) sebagai substrat pengikat, memungkinkan beberapa sub-reaksi untuk terlibat dalam katalis untuk bekerja.
Pekerjaan enzim hanya untuk mempercepat laju reaksi, posisi kesetimbangan reaksi bergantian dipertahankan. Proses kerja enzim dapat dijelaskan dalam konteks termodinamika. Enzim akan mengurangi energi aktivasi reaksi, yang memungkinkan mereka terjadi lebih cepat pada suhu rendah, yang sangat penting dalam sistem biologis. Sekarang diketahui bahwa molekul RNA dapat bertindak sebagai katalis untuk reaksi, kadang-kadang melibatkan diri sebagai substrat. Ketika molekul RNA melibatkan molekul non-RNA sebagai substrat, RNA dapat dianggap sebagai enzim dalam arti sebenarnya.
Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim
1. Derajat Keasaman (pH)
Karena molekul enzim pada umumnya adalah protein globular, bentuk dan fungsinya dapat dipengaruhi oleh perubahan pH cairan di sekitarnya. Enzim memiliki pH optimum yang dapat bersifat basa maupun asam. Sebagian besar enzim memiliki pH optimum antara 6 – 8. Perubahan pH mengakibatkan sisi aktif enzim berubah keefektifannya dalam membentuk kompleks enzim – substrat, sehingga dapat menghalangi terikatnya substrat pada sisi aktif enzim.
Selain itu, perubahan pH juga mengakibatkan proses denaturasi (kerusakan) pada enzim. Denaturasi oleh pH yang ekstrim biasanya bersifat bolak-balik, tetapi tidak bolak-balik pada denaturasi yang terjadi karena suhu panas. Peningkatan suhu akan meningkatkan laju tumbukan antara enzim dan molekul substrat, sehingga akan meningkatkan laju pembentukan kompleks enzim-substrat dan meningkatkan keceptan reaksinya.
Hal ini bertentangan dengan peningkatan denaturasi enzim pada suhu optimum karena reaksi itu teralampaui. Akhirnya reaksi itu berhenti, kadang – kadang hanya pada temperatur lebih dari 100oC. Contoh enzim ptialin di mulut hanya dapat bekerja pada pH netral, enzim pepsin di lambung bekerja pada pH asam, sedangkan enzim tripsin di usus bekerja pada pH basa.
2. Zat – zat Penggiat (Aktivator)
Aktivator merupakan zat atau molekul yang berfungsi untuk memacu atau mempercepat reaksi enzim. Contoh dari aktivator antara lain garam – garam dari logam alkali dalam kondisi encer (2% – 5%), dan ion logam seperti Ca, Mg, Ni, Mn, dan Cl. Dan ini juga merupakan Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim.
3. Suhu (Temperatur)
Sifat Sifat Enzim seperti Enzim bersifat termolabil, artinya aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu. Aktivitas enzim akan terus meningkat sampai batas suhu tertentu. Batas suhu tersebut dinamakan suhu optimum. Jika enzim berada di bawah suhu optimum maka kerja enzim akan terhambat. Enzim pada suhu 0oC atau di bawahnya brsifat nonaktif. Akan tetapi pada suhu tersebut enzim tidak rusak.
Kenaikan suhu dapat meninkatkan akivitas enzim. Namun, jika suhu melebihi batas optimum enzim dapat mengalami denaturasi atau kerusakan. Hal ini, akan mengakibatkan enzim tidak dapat berfungsi sebagai katalis lagi. Contoh, enzim manusia memiliki suhu optimum 35oC – 40oC, enzim pada bakteri yang hidup di air panas memiliki suhu optimum 70oC atau lebih.
4. Konsentrasi Enzim dan Substrat
Semakin besar konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi. Peningkatan kecepatan reaksi akan terus bertambah hingga tercapai kecepatan konstan yakni jika semua substrat sudah terikat oleh enzim. Konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.
Bertambahnya konsentrasi substrat dalam suatu reaksi akan meningkatkan kecepatan reaksi jika jumlah enzim dalam reaksi tersebut tetap. Namun, ketika semua sisi aktif enzim sedang bekerja, penambahan konsentrasi substrat tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi. Keadan demikian menunjukkan bahwa kecepatan reaksi telah mencapai titik maksimum. Peningkatan kecepatan reaksi akan terus bertambah hingga tercapai kecepatan konstan yakni jika semua enzim mengikat substrat.
Pada setiap saat, proporsi molekul – molekul enzim yang terikat pada substrat akan tergantung pada konsentrasi substratnya. Karena konsentrasi meningkat, kecepatan awal dari reaksi (Vo) pada saat penambahan enzim akan meningkat sampai suatu nilai maksimum, Vmax, pada tingkat substrat, enzim tersebut dikatakan jenuh (seluruh sisi aktif maksimum), dan penambahan jumlah substrat tidak akan menaikkan Vo. Nilai konsentrasi substrat pada saat Vo = ½ Vmax dikenal dengan tetapan MICHAELS (Km) untuk reaksi substrat-enzim. Rendahnya nilai Km menunjukkan afinitas tinggi dari enzim untuk substratnya.
Beberapa enzim (misalnya aspartase) hanya mengikat satu molekul substrat yang sangat khusus; enzim yang lain dapat mengikat berbagai substrat lain yang khusus untuk enzim tersebut (misalnya semua ikatan peptida terminal dalam kasus eksopeptidase). Perbedaan itu timbul dari derajat stereospesifitas enzimnya. Banyak yang memerlukan gugus prostetik yang menempel atau koenzim yang dapat melebur untuk menjalankan aktivitasnya. Pada enzim – enzim itu komponen proteinnya dinamakan apoenzim dan seluruh kompleks enzim-kofaktor fungsional dinamakan holoenzim.
5. Zat – zat Penghambat (Inhibitor)
Inhibitor merupakan sutau molekul yang dapat menghambat aktivitas enzim. Terdapat dua macam inhibitor enzim, yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif.
- Inhibitor Kompetitif
Inhibitor kompetitif (inhibitor irreversible) merupakan molekul penghambat kerja enzim yang bekerja dengan cara bersaing dengan sisi aktif enzim. Inhibitor kompetitif (inhibitor irreversible) berikatan secara kuat pada sisi aktif enzim. Pengikatan ini berlangsung bolak-balik sehingga persentase penghambatan untuk tingkat inhibitor yang tetap menjadi berkurang kalau substratnya ditambah.
Jadi, inhibitor kompetitif ini dapat dihilangkan dengan cara menambah konsentrasi substrat. Contoh yang teramat penting dari pengikatan ini adalah melibatkan enzim yang paling berlimpah, ribulose bifosfat karboksilase, enzim –penambat CO2 pada C3 fotosintesis, dalam proses ini molekul – molekul O2 bersaing dengan molekul – molekul CO2 untuk sisi aktif dan contoh lainnya adalah sianida yang terlarut dalam darah bersaing dengan oksigen untuk berikatan dengan sisi aktif hemoglobin.
- Inhibitor Nonkompetitif
Inhibitor yang terikat pada sisi alosetrik enzim (selain sisi aktif enzim) disebut inhibitor nonkompetitif. Inhibitor nonkompetitif adalah molekul penghambat kerja enzim yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada luar sisi aktif enzim, yang dapat menyebabkan sisi aktif enzim berubah dan tidak dapat berfungsi lagi. Sehingga substrat tidak dapat berikatan dengan sisi aktif enzim. Inhibitor ini tidak dapat dihilangkan walaupun dengan menambahkan substrat. Contoh inhibitor nonkompetitif yaitu Ag+, Hg2+, dan Pb2+. Perhatikan gambar di bawah ini!
Demikianlah penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi kerja enzim. Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan menambah pegetahuan kita semua.