Berikut ini adalah salah satu organisasi radikal pada masa pergerakan nasional yaitu Perhimpunan Indonesia yang meliputi Perhimpunan Indonesia, tokoh pendiri Perhimpunan Indonesia, tujuan Perhimpunan Indonesia, pusat kegiatan perhimpunan indonesia, tujuan didirikannya perhimpunan indonesia.
Perhimpunan Indonesia (PI)
Organisasai ini pada mulanya bernama Indische Vereeniging yang berdiri di negeri Belanda pada tahun 1908. Organisasi ini dipelopori oleh para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda.
PI pada mulanya bergerak di bidang sosial, tahun 1922 namanya diganti menjadi Indonesia Vereeniging.
Tokoh Pendiri Indiche Partij
Tokoh-tokoh pendiri Perhimpunan Indonesia antara lain R.P. Sosro Kartono, R.Husein Djoyodiningrat, R.M Noto Suroto, Notodiningrat, Sutan Kasyayangan Saripada, Sumitro Kolopaking, dan Apituley.
Di samping bergerak di bidang sosial, organisasi ini merambah ke dunia politik. Untuk menyalurkan gagasannya mereka menerbitkan majalah Hindia Putra. Kegiatan ini makin radikal setelah tahun 1924 berganti nama Perhimpunan Indonesia (PI).
Kemudian majalah Hindia Putra diganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Tokohnya yang terkenal terutama Moh. Hatta dan Ahmad Subarjo.
PI banyak menulis artikel perjuangan di Indonesia Merdeka. Perhimpunan Indonesia juga mendatangi kongres-kongres di luar negeri untuk memperoleh dukungan.
Perhimpunan Indonesia di bawah pimpinan Moh. Hatta diakui oleh organisasi lain di Indonesia sebagai pelopor dalam perjuangan diplomasi ke luar negeri.
Dalam pertemuan-pertemuan yang dihadirinya ditegaskan tentang tuntutan Indonesia merdeka, seperti pada Kongres Liga Demokrasi Internasional pertama di Paris tahun 1926 dan Kongres Liga Demokrasi Internasional kedua tahun 1927 di Berlin yang menyokong perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia.
Gambar: Tokoh Pendiri Perhimpunan Indonesia |
Tujuan Indische Partij
Keyakinan yang dikembangkan untuk mencapai tujuan itu adalah:
- Perlunya persatuan seluruh tanah Indonesia.
- Perlunya mengikutsertakan seluruh tanah air Indonesia.
- Adanya perbedaan kepentingan antara penjajah dan yang dijajah maka tidak mungkin adanya kerja sama (non kooperatif).
- Perlunya kerja sama dan segala cara harus dilakukan untuk memulihkan jiwa dan raga kehidupan bangsa Indonesia yang rusak akibat penjajahan.
Karena kegiatan Perhimpunan Indonesia tidak disukai oleh Belanda, maka pada bulan September 1927 pemimpin-pemimpin Perhimpunan Indonesia ditangkap dan diadili.
Pemimpin tersebut antara lain Mohammad Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, Ali Sastroamidjoyo, dan Abdul Madjid Djojodiningrat. Dalam pengadilan di Deen Haag bulan Maret 1928 Moh Hatta mengajukan pembelaan dengan judul Indonesia Vrij (Indonesia Merdeka).
Keempat tokoh tersebut akhirnya dibebaskan karena tidak terbukti bersalah, tetapi Belanda tetap mengawasi dengan ketat kegiatan Perhimpunan Indonesia.