Uang adalah objek yang selalu kita butuhkan saat ini. Dengan uang, kita bisa mendapatkan berbagai benda lain untuk memenuhi kebutuhan atau kesenangan kita. Kami juga mencoba menggunakan uang sesuai dengan Alkitab. Namun, seringkali uang bukanlah hal yang mudah yang kita miliki. Kita mungkin sering menemukan kesulitan untuk mendapatkan uang dan kemudian menemukan kesulitan bahkan untuk memenuhi kebutuhan kita.
Kami mencoba mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan kami. Salah satu alternatif yang banyak dipilih orang adalah utang. Ada orang yang memberikan pinjaman ke bank, ada juga yang memberi pinjaman kepada keluarga atau kerabat dekat. Jika kita melakukan pinjaman di bank, tentu akan lebih mudah untuk bertanggung jawab karena selalu ada tagihan. Namun, jika kita meminjam dari kerabat, seringkali kerabat enggan mengambilnya. Belum lagi kerabat juga mencoba menerapkan hukum riba dalam agama Kristen. Namun, utang hanyalah pinjaman. Kita tidak bisa melupakannya begitu saja. Berikut adalah beberapa ayat Alkitab tentang melunasi hutang.
Roma 13:7
Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.
Tindakan berhutang tidak hanya dijelaskan pada Kitab Perjanjian Lama. Nyatanya, masih banyak orang yang berhutang bahkan pada zaman Perjanjian Baru. Inilah mengapa akhirnya Paulus dalam ayat Alkitab tentang melunasi hutang ini kembali bersuara. Paulus mengingatkan jemaat di Roma dan kita semua saat ini untuk membayar apa yang memang perlu kita bayar. Hutang tentu merupakan tanggung jawab kita. Kita tidak boleh menghindarinya. Orang yang sudah meminjamkan kepada kita berhak menerima uangnya dikembalikan. Oleh karena itu, kita perlu dan harus untuk membayarnya kembali. Kita tidak boleh melupakan ayat Alkitab tentang jangan mengambil hak orang lain.
Ulangan 24:10-11
Apabila engkau meminjamkan sesuatu kepada sesamamu, janganlah engkau masuk ke rumahnya untuk mengambil gadai dari padanya. Haruslah engkau tinggal berdiri di luar, dan orang yang kauberi pinjaman itu haruslah membawa gadai itu ke luar kepadamu.
Alkitab tentu tidak hanya menjelaskan tentang pelunasan hutang. Di dalam ayat Alkitab tentang melunasi hutang ini, Allah juga memberikan peringatan kepada orang-orang yang memberikan pinjaman. Orang yang memberikan pinjaman diminta untuk memberikan dengan sepenuh hati, penuh kemurahan. Orang tersebut tidak seharusnya mengambil gadaian secara paksa dan merasa memiliki posisi yang lebih tinggi dibandingkan orang yang melakukan pinjaman. Orang yang meminjamkan harus dipenuhi dengan kesabaran dan kebijaksanaan.
Namun, Allah tidak berhenti di situ. Perintah Allah tersebut tidak seharusnya kita pakai untuk menjadi alasan tidak melunasi hutang. Allah tetap menuntut kita untuk melakukan kewajiban kita dan melunasi hutang. Jika kita memang tidak sanggup melunasi hutang kita, kita harus memberikan jaminan berupa gadai. Kita tidak perlu menunggu orang yang kita pinjam menuntut. Kita sendiri yang harus memberikannya kepada orang tersebut dengan segala kerelaan. Bagaimanapun, gadai tersebut merupakan hak jaminan bagi mereka. Jika kita melakukannya tanpa tuntutan, hal itu berarti kita sudah menjadi orang yang bertanggung jawab. Tentu Allah senang dengan anak-Nya yang berlaku sesuai ayat Alkitab tentang tanggung jawab.
Pengkhotbah 5:4
Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya.
Kita biasa mengenal nazar sebagai sebuah janji. Banyak orang melakukan nazar sebagai salah satu cara doa dikabulkan menurut Kristen. Kita juga tentu sering mendengar pernyataan bahwa janji adalah hutang. Nyatanya, hutang tidak selalu berbicara tentang uang. Allah pun ingin mengingatkan kita bahwa kita bisa berhutang dalam berbagai hal, termasuk dalam janji. Allah mengingatkan kita untuk selalu menepati janji atau melunasi hutang. Ini membuat Pengkhotbah 5:4 menjadi salah satu ayat Alkitab tentang melunasi hutang.
Allah tidak pernah melarang kita untuk bernazar dan berhutang. Namun, Allah dengan tegas mengingatkan kita untuk menepati janji kita dan melunasi hutang kita. Jika kita tidak yakin kita dapat menepatinya, sebaiknya sejak awal kita tidak perlu bernazar. Jika kita tidak yakin kita dapat melunasi hutang kita, sebaiknya sejak awal kita tidak perlu meminjam dan berhutang. Dengan ayat ini, Allah mengingatkan kita untuk terus bijaksana sebelum melakukan sesuatu, termasuk bernazar dan berhutang.
Mazmur 37:21
Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan pemurah.
Allah sangat tidak senang terhadap orang fasik. Berkali-kali Alkitab menjelaskan berbagai kriteria yang berbeda-beda tentang orang fasik, termasuk dalam ayat Alkitab tentang melunasi hutang ini. Pemazmur mengingatkan bahwa salah satu ciri-ciri orang fasik adalah meminjam dan tidak membayar kembali. Orang fasik adalah orang yang tidak melunasi hutang, terutama jika dilakukan dengan sengaja. Tindakan melunasi hutang merupakan tindakan yang benar, dianggap penuh kasih dan kemurahan hati sesuai hukum kasih dalam Alkitab. Melunasi hutang berarti kita menghargai apa yang orang lain lakukan untuk kita. Melunasi hutang juga berarti kita berusaha untuk memberikan hak orang lain. Terlebih lagi, melunasi hutang merupakan tindakan yang membuktikan bahwa kita adalah pribadi yang bertanggung jawab.
Itulah beberapa ayat Alkitab tentang melunasi hutang. Tuhan memang tidak pernah melarang kita untuk meminjam dan berutang. Namun, sebagai anak-anak Tuhan, kita harus memiliki karakteristik orang bijak menurut Alkitab, terutama dalam memberikan pinjaman. Kita harus dapat melihat apakah kita dapat bertanggung jawab untuk mengembalikan pinjaman dan melunasi hutang kita.
Namun, utang harus menjadi pilihan terakhir bagi kita. Pertama-tama kita harus percaya bahwa Tuhan akan memenuhi semua kebutuhan kita. Karena itu, kita perlu mempercayakan semua kebutuhan kita kepada Tuhan karena hanya Dia yang dapat memenuhi mereka. Kita juga pertama-tama harus bekerja lebih keras dari yang seharusnya. Kita tidak bisa bergantung pada apa yang dimiliki orang lain. Kita tidak harus terus bergantung pada kebaikan dan belas kasihan tetangga kita. Semoga semua kemuliaan atas nama Tuhan. Tuhan memberkati.